
Foto : Kades Liang Bunyu, Manshur saat mengunjungi petani rumput laut di desanya.
NUNUKAN – Banyaknya jumlah penduduk yang berusaha di bidang budidaya rumput laut membuat Desa Liang Bunyu di Kecamatan Sebatik Barat menjadikan komoditi tersebut sebagai program unggulan pembangunan ekonomi kemasyarakatnya.
Dari lebih kurang 2000 penduduk di desa ini, menurut Kepala Desa Liang Bunyu, Manshur 70 persen diantaranya menggantungkan perekonomian mereka hanya pada usaha rumput laut. Prosentase tersebut mencakup yang memang langsung melakukan usaha pembudidayaan maupun yang bekerja sebagai pemukat rumput laut.
“Bahkan dapat dikatakan hampir semua penduduk desa (Liang Bunyu) menggeluti usaha rumput laut ini. Karena memang menjadi sumber pendapatan dan perkembangan ekonomi yang sangat menjanjikan,” terang Manshur.
Mendasarkan maksud -dapat dikatakan hampir semua- warga di desanya melakoni usaha tani rumput laut, diterangkan Mashur, 30 persen diantara warga memang tetap eksis mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit.
Namun pada jeda waktu tertentu atau menunggu masa panen, mereka ternyata mencari pengahasilan tambahan dari usaha tani rumput laut. Misalnya, menjadi pemukat rumput laut hingga mengerjakan bentangan dan membersihkan tali.
Tingginya potensi pengembangan usaha rumput laut di Desa liang Bunyu ini membuat Manshur mengklaim sebagai lumbung rumput laut terbesar kedua se-Kabupaten Nunukan setelah Kampung Mamolo di Kelurahan Tanjung Harapan, Kecamatan Nunukan Selatan.
Tidak hanya potensi yang melimpah, kualitas rumput lautnya juga disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik dari daerah ini.
Lalu bagaimana campur tangan pemerintahan desa dalam menyikapi bidang usaha yang menjadi hajat hidup sebagian besar masyarakatnya ini?.

Melihat potensi yang dimiliki, keseriusan masyarakat menggeluti usaha tersebut, masih menurut Manshur, tentunya menuntut peran pemerintah desa turut mendukung pengembangannya untuk sasaran pengembangan ekonomi masyarakat.
Karena itu, fasilitas terpenting yang harus diwujudkan oleh desa adalah fisik jembatan jeramba sebagai akses yang mempermudah masyarakat melakukan pekerjaan mereka. Selain membuat bangunan baru, desa juga memperbaiki jembatan yang dibangun swadaya oleh masyarakat jika kondisinya ada yang rusak.
Namun langkah cerdas dilakukan desa dalam upaya meningkatkan produktifitas usaha rumput laut di Desa Liang Bunyu ini, membuat sungai buatan atau normalisasi sungai yang sudah ada.
Pembuatan sungai buatan dimaksud, terang Manshur merupakan jawaban atas persoalan yang dihadapi masyarakat terkait semakin terbatasnya lahan untuk pengembangan usaha rumput laut.
“Antusias masyarakat tinggi. Geliat ekonomi yang ditimbulkan juga membaik namun mulai terbentur dengan keterbatasan lahan tersedia akibat semakin banyaknya penduduk yang menekuni bidang usaha ini,” terang Manshur.
Maka solusi yang ditempuh desa terkait kendala tersebut adalah membuatkan sungai buatan atau normalisasi sebagai lahan baru mereka. Beberapa titik dasar rawa di pesisir pantai dibersihkan untuk kebutuhan pembukaan lahan baru dimaksud.
Dipastikan, kegiatan pembuatan sungai buatan dan pembersihan rawa pantai ini tetap mengedepankan sisi dampak lingkungan yang terkontrol. (PND/DIKSIPRO)