
NUNUKAN – Mengatasi keterbatasan masyarakat dalam mengunjungi Puskesmas Pembantu (Pustu) untuk mendapatkan layanan kesehatan, pihak Pustu Desa Balansiku, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan pro aktif melaksanakan pelayanan melalui Pos Binaan Terpadu (Posbindu).
Rutin sekali dalam sebulan, menurut Pj. Kebidanan Pustu Desa Balansiku, Rizky Amelia Febrianti, mereka akan mengunjungi penduduk pada kawasan-kawasan tertentu yang selama ini masih terbatas mendapatkan layanan kesehatan melalui Posbindu.
Dijelaskan, keterbatasan sebagian masyarakat melakukan kunjungan ke Pustu guna mendapatkan layanan kesehatan bukan berarti masyarakat di desa tersebut sama sekali tidak peduli dengan kondisi kesehatan mereka.
Melainkan, waktu yang tersedia untuk melakukan kunjungan ke Pustu bertepatan dengan masa bekerja masyarakat yang didominasi para pekerja perkebunan kelapa sawit.
“Layanan Pustu hanya sampai Pk. 12.00 Wita. Sedangkan mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani perkebunan kelapa sawit bekerja di kebun mereka hingga sore hari,” terang Rizky.
Kendala lainnya, beberapa titik konsentrasi pemukiman penduduk berada cukup jauh dari lokasi Pustu. Jarak yang cukup jauh itu, lanjut Rizky, membuat kebanyakan masyarakat memilih untuk mendapatkan layanan kesehatan melalui dokter praktek dengan jarak tempuh yang lebih dekat. Walau konsekuensinya harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Sejauh ini, masih menurut Pj. Kebidanan di Pustu Desa Balansiku ini, secara umum kondisi kesehatan masyarakat di desa mereka tergolong baik.
Jika ada beberapa gangguan kesehatan yang dialami, berdasar data kunjungan tercatat, kebanyakan masih dalam klasifikasi gangguan kesehatan ringan.
“Sama seperti beberapa desa lainnya, selain hipertensi, umumnya keluhan terhadap gangguan kesehatan yang dialami adalah Demam, ISPA serta Diare,” terang Rizky.
Jika belakangan muncul keluhan gangguan kesehatan berupa gatal-gatal pada kulit, dijelaskan hal tersebut disebabkan sebagian masyarakat di desa ini juga sudah mulai melirik bidang usaha lain selain perkebunan kelapa sawit.
Tidak sedikit masyarakat setempat yang tadinya hanya mengelola kebun kelapa sawit sekarang mulai mengusahakan juga usaha pertanian rumput laut.
“Mereka yang sebelumnya tidak terbiasa dengan kondisi air laut itulah yang kemudian banyak mengalami keluhan gatal-gatal pada kulit,” ucap Rizky. (PND/DIKSIPRO)