Nunukan

Warga Malaysia ‘Buang Sampah’ Ke Indonesia

Foto : Suasana Kota Tawau, Sabah, Malaysia

NUNUKAN – Kebiasaan warga Indonesia yang membawa pulang berbagai jenis barang bekas dari Malaysia ke negaranya mulai mendapat kritikan dari banyak pemerhati. Praktik serupa itu disebut-sebut tidak lebih dari mengangkut sampah ke dalam negeri.

Diantaranya seperti diungkapkan Plt. Camat Sebatik Barat, Sawaludin SH. Menurutnya, kebiasaan warga Indonesia saat pulang ke kampung halaman di Indonesia membawa berbagai barang bekas pakai dari Kota Tawau dan sekitarnya sudah berlangsung cukup lama.

“Kebanyakan barang bekas yang dibawa pulang (ke Indonesia) berupa barang-barang elektronik, hingga peralatan rumah tangga,” terang Sawaludin.

Barang bekas tersebut, oleh pemiliknya di Malaysia sebenarnya sudah tidak terpakai. Kondisinya sudah rusak tapi mungkin dianggap dapat diperbaiki. Karenanya, dibawa pulang kekampung halaman oleh para pendatang dari Indonesia. Tidak terkecuali di Nunukan dan Sebatik. Namun kenyataan banyak diantaranya malah kembali terbuang dan menjadi tumpukan sampah saja.

“Sebaiknya ada pihak berwenang yang harusnya mencermati lalu membuat aturan yang tegas sebagai pencegahan menumpuknya sampah dari Malaysia di Indonesia ini,” kata Sawaludin lagi.

Pembuktiannya, dapat dicermati pada beberapa pelabuhan atau dermaga yang ada, baik yang resmi dibangun pemerintah maupun pelabuhan atau dermaga tradisional dibuat oleh masyarakat, tempat pendaratan transportasi laut yang menghubungkan kota Tawau dengan Pulau Sebatik atau antara Kota Tawau dengan Kota Nunukan.

Hanya selama masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini kegiatan tersebut tidak terlihat karena pembatasan keluar masuknya orang dan barang dari Malaysia ke Indonesia atau sebaliknya.

Kondisi ini diperparah dengan pembiaran dari petugas-petugas terkait di Kota Tawau yang terkesan membiarkan saat barang-barang rongsokan tersebut keluar dari Negara mereka dan memasuki negeri jiran Indonesia.

“Tapi sebaliknya, ketika ada warga Indonesia ke Kota Tawau membawa barang berpotensi menjadi sampah, para petugas di Tawau secara tegas melarangnya,” tegas Sawaludin.

Dihubungi melalui sambungan Video Call, salah seorang warga Kota Tawau bernama Coriana membenarkan kerap melihat warga Indonesia yang pulang dari Malaysia membawa berbagai jenis barang bekas. Namun dia tidak sependapat jika dikatakan itu sebagai kesengajaan Penduduk Kota Tawau membuang sampah ke Indonesia.

Foto : Coriana, Ibu Rumah Tangga di Tawau yang diwawancarai diksipro

Sepengatahuan ibu rumah tangga yang beralamat di Jl. Apas Bt 5 Taman Kinabutan Ria Lorong VI Tawau ini. Kejadiannya, kebanyakan para pekerja perkebunan yang sengaja mengambil barang-barang yang dibuang oleh perusahaan tempat mereka bekerja karena dianggap sudah tidak bisa digunakan lagi. Atau masih bisa digunakan tapi membutuhkan biaya perawatan yang cukup mahal.

“Atau para majikan yang memang memberi barang bekas pakai kepada pekerja rumah tangga mereka yang berasal dari Indonesia,” terang Coriana.

Contoh kedua ini terjadi karena pemilik barang biasanya tidak mau memperbaiki barang-barang elektronik mereka yang rusak dengan alasan biaya perbaikan cukup mahal dan masa penggunaan selanjutnya yang tidak bisa bertahan lebih lama. Maka pilihannya adalah membeli yang baru.

Masalah berikut, membuang barang barang rusak yang berukuran besar ternyata tidak mudah di negara ini. Para petugas pengangkut sampah tidak mau mengangkut dengan dalih menyulitkan kerja mereka.

Solusinya, pemilik barang harus mengeluarkan biaya ekstra untuk upah kepada pekerja serabutan yang menerima tawaran membuang sampah tersebut. Dan biaya ekstra untuk kebutuhan tersebut ternyata cukup besar.(PND/diksipro)

Komentar

Related Articles

Back to top button