Nunukan

PNN Lakukan Pendampingan Usaha Udang Kering di Desa Binalawan

NUNUKAN – Udang kering (ebi) yang merupakan hasil olahan dari udang sebagai salah satu bumbu masak atau penyedap rasa menjadi salah satu produk unggulan para nelayan di Desa Binalawan, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan.

Udang kering hasil produksi daerah ini mengisi permintaan pasar di Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan bahkan hingga ke kota negara tetangga, Tawau, Sabah, Malaysia dengan harga pasaran mencapai Rp. 80.000 per kilogram.

Namun pada perjalanannya, pengembangan produksi udang kering yang umumnya dilakukan oleh para istri nelayan di desa tersebut mengahadapi sejumlah kendala untuk menjadikannya sebagai sebuah usaha yang benar-benar dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

Kondisi tersebut ternyata menjadi perhatian oleh pihak Politeknik Negeri Nunukan (PNN) untuk dapat membantu warga pengolahnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha tersebut dengan melakukan diskusi dan pendampingan.

Menurut Direktur PNN, Arkas Viddy, berdasar hasil pengamatan yang dilakukan, sejumlah kendala yang dihadapi nelayan setempat dalam memproduksi udang kering, kurangnya modal usaha, kurangnya bahan baku udang segar, pengolahan yang dilakukan hingga packaging hingga penjualannya masih secara tradisional.

“Perubahan harga jual yang tidak bisa diprediksi juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapai pembuat udang kering d Desa Binalawan tersebut,” ujar Arkas.

Atas permasalahan yang dihadapi tersebut, lanjut Arkas Viddy, pihak PNN melalui tenaga dosen pangajar dan mahasiswa dari Jurusan Teknologi Hasil Perikanan melakukan pendampingan sebagai implementasi dari program Pengabdian Pada Masyarakat terhadap warga yang mengembangkan usaha pembuatan udang kering di Desa Binalawan tersebut.

Dimulai dari diskusi untuk mengungkap permasalahan yang dihadapi oleh pengolah udang kering dan alternaif pemecahan masalah yang dihadapi, kegiatan pendampingan dilakukan selama dua hari berturut-turut mulai tanggal 2 hingga tanggal 3 September 2023.

“Kami menyasar kepada sebanyak 20 orang pengolah usaha udang kering dengan memberikan pembekalan, pelatihan serta pendampingan samai pada tahap evaluasi hasil pendamingan yang dilakukan,” terang Arkas Viddy lagi.

Dijelaskannya, berdasar kajian permasalahan yang dihadapi pengelola usaha udang kering di Desa binalawan itu, bentuk pendampingan yang dilakukan antara lain, Pembuatan Proposal peminjaman Modal Usaha, Mendampingi membuka Kerjasama dengan nelayan tangkap, Melakukan pendampingan pengolahan dengan inovasi teknik pengeringan dan diversifikasi rasa udang kering, Pelatihan manajemen UMKM serta Pendampingan metode penjualan kekinian dan futuristik.

“Pendampingan yang kami lakukan bahkan hingga pada pelatihan design packaging dan pendampingn pembukaan networking dan market place,” katanya lagi.

Lalu bagaimana hasil yang dicapai pasca pendampingan pengembangan usaha yang dilakukan?

Menurut Direktur PNN ini, setelah 3 bulan pendampingan dilakukan, implementasi hasil yang diperoleh, pada awal bulan Desember 2023 dilakukan evaluasi. Ternyata 80 persen dari peserta pendampingan mengalami kemajuan. Terutama dilihat dari omzet maupun keuntungan yabg diperoleh.

Diyakini, ketika masyarakat pengelola usaha udang kering di Desa Binalawan tetap konsisten dengan dengan materi pendapingan yang telah dilakukan, didukung peran serta pihak-pihak yang dapat memberikan bantuan pinjaman modal, usaha udang kering di desa ini dapat berkembang lebih baik dalam memenuhi permintaan pasar yang saat ini sebenarnya sudah terbuka cukup besar.  (ADHE/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button