Nunukan

Petani Milenial Pendongkrak Ekonomi

NUNUKAN – Mungkin masih banyak orang yang jika mendengar kata Petani, yang terbayangkan adalah sosok orang yang bekerja menggarap lahan untuk berladang dengan pakaian kumuh, kotor bersimbah tanah atau lumpur. Anggapan kuno terhadap petani, masih identik dengan profesi orang yang bekerja keras, menguras banyak tenaga dari pagi hingga sore namun tidak menghasilkan banyak uang.

Apalagi dikalangan generasi muda, profesi petani masih belum berada di level atas sebagai pilihan pekerjaan masa depannya. Tidak terkecuali, kebanyakan siswa lulusan SMA yang memilih jurusan Fakultas Pertanian di universitas tempat dia kuliah, bukan ingin menjadi petani yang menggarap lahan pertanian.

Kebanyakan masih berasumsi sebagai pekerja kantoran pada lembaga pemerintahan atau swasta. Atau minimal sebagai penyuluh lapangan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Nunukan, Masniadi S.Hut M. AP membenarkan sekaligus menyayangkan adanya hipotesis seperti itu. Menurut dia, patok duga tersebut mestinya disingkirkan jauh-jauh. Terutama dikalangan generasi yang belakangan dikenal dengan istilah kaum milenial.

“Banyak contoh petani dari kalangan milenial sukses dengan usaha pertaniannya. Apalagi saat ini pemerintah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk generasi muda menggeluti bidang usaha pertanian,” kata Masniadi.

Pemuda milenial, lanjut Masniadi, juga menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. Karena petani berpeluang menjadi pengusaha. Dengan memiliki kemampuan atau pengetahuan dunia pertanian, dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat akan pangan, memberikan peluang besar bagi usaha pertanian.

Itu sebabnya DPKP Kabupaten Nunukan beberapa beberapa waktu terakhir mengimbau dan mendorong kaum milenial agar tidak ragu terjun membudidaya komoditas Pertanian.

“Petani milenial mempunyai peranan penting dalam melanjutkan pembangunan di sektor pertanian. Karena memang dibutuhkan, dukungan dari Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Sehingga, gerakan dibentuknya Petani Milenial diyakini dapat menyejahterakan kehidupan masyarakat,” jelas Masniadi yang menyebutkan kalangan petani milenial dimaksud mereka yang berusia antara 19 hingga 39 tahun.

Karena dianggap mampu mendongkrak perekonomian, saat ini DPKP Kabupaten Nunukan mulai giat untuk menggalakkan atau membentuk petani milenial. Upaya yang dilakukan, memberikan sosialisasi, informasi, komunikasi dan edukasi kepada kaum milenial yang terlihat lebih banyak menghabiskan waktu di cafe-cafe atau tempat tongkrongan umum lainnya.

Sosialisasi juga dilakukan melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada di tiap kecamatan. Para PPL diimbau giat menggalakan seruan tersebut dengan program yang memiliki tujuan utama menumbuh kembangkan kewirausahaan muda pertanian di daerah ini.

Diharapkan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Nunukan akan memiliki minimal 1 orang petani milenial yang dapat bergabung dan membentuk sebuah Kelompok Tani yang maksimal beranggotakan 25 orang.

Wacana tersebut diharapkan segera direalisasikan dalam beberapa fokus sektor komoditas pertanian. Misalnya, sebagai petani milenial tanaman pangan, petani milenial holtikultur, petani milenial peternakan, dan petani milenial perkebunan.

“Estafet pertanian selanjutnya berada pada pundak generasi muda. Mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan usaha pertanian.” tegas Masniadi

Semangat milenial yang dianggap fasih mengadopsi teknologi dalam beragam aspek bisnis akan membawa pembaruan dalam pembangunan pertanian ke depan. Pembeda petani muda dibandingkan para petani berusia tua adalah kemampuan mereka dalam berinovasi dan menggunakan teknologi.

“Semangat kaum milenial tersebut diharapkan dapat mewujudkan target Kementrian Pertanian membuat Indonesia menjadi Lumbung Pangan tahun 2045 mendatang,” pungkas Kepala DPKP Kabupaten Nunukan ini. (DEVI/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button