Nunukan

Muallaf Nunukan Mengukir Prestasi

Nurul Khairiyah : “Tanggung jawab menjemput hidayah,”

NUNUKAN – Dibalik Lomba Hafalan Asmaul Husna yang diadakan oleh Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Kabupaten Nunukan pada Sabtu, 25 Pebruari 2023 lalu, ternyata ada fakta cukup menarik yang mungkin belum banyak diketahui khalayak.

Fakta dimaksud, bahwa yang berhasil menjadi jawara pada lomba yang digelar di lokasi wisata Sarana Edukasi dan Asimilisi Lapas Nunukan (SAE Lanuka) saat itu ternyata merupakan ibu-ibu mualaf di Nunukan yang tergabung dalam kelompok Majelis Taqlim (MT) Husnul Khotimah.

Sebenarnya, nilai sebesar 80 yang berhasil diraih MT. Husnul Khotimah pada lomba tersebut sama dengan nilai yang diperoleh oleh MT. Al Mukhlisin yang menjadi runner up. Namun karena lebih unggul dalam perolehan angka penilaian pada kriteria terpenting, yakni ketepatan lafal (pengucapan), kesepakatan dewan juri yang menilai, memutuskan MT. Husnul Khotimah lebih berhak meraih posisi terhormat pada lomba tersebut.

Sejatinya, eksistensi para mualaf di daerah ini memang layak mendapatkan apresiasi. Sebut saja prestasi terbarukan yang berhasil diukir, khafilah mualaf Kabupaten Nunukan sukses menjadi Juara Umum pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) se-Kalimantan Utara ke-3 di Tanjung Selor memasuki minggu kedua April 2023 lalu.

Prestasi yang diukir kelompok mualaf Kabupaten Nunukan pada bidang keagamaan, tidak terbatas pada dua momentum yang sudah disebutkan diatas. Secara perorangan, masih banyak prestasi-prestasi lainnya yang dicapai. Tidak hanya pada kegiatan-kegiatan lomba namun juga prestasi pada upaya nyata dalam pembinaan agama dan pengembangan diri.

Ketua Persaudaraan Mualaf Indonesia (Pemaaf) Kabupaten Nunukan, Nurul Khairiyah, memastikan prestasi bidang keagamaan yang ditoreh para mualaf di Kabupaten Nunukan ini tentu saja tidak diperoleh mudah begitu saja. Dibutuhkan keseriusan, ketekunan dan yang lebih penting adalah motivasi untuk membuktikan keberadaan mereka bukan sebuah kebetulan apalagi keterpaksaan. Melainkan jemputan hidayah yang harus dipertanggungjawabkan.

“Tantangan yang kami hadapi tentunya tidak lebih mudah dibanding saudara-saudara muslim dan muslimah pemeluk Islam sejak lahir,” terang muslimah yang bersyahadat pada tanggal 5 Juli 1998 ini.

Justru tingginya tantangan dimaksud, menurut ibu rumah tangga kelahiran 7 Juli 1975 di Desa Tondon, Kecamatan Tondon Lagi (Rantepao), Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan dengan nama Ida Ruru ini meningkatkan kesungguhan mereka dalam memahami dan mendalami ajaran agama Islam.

Namun dari apa yang telah dicapai oleh kalangan mualaf di Nunukan, tidak hanya dalam hal bimbingan rohani maupun prestasi, Nurul Khairiyah tidak menepikan dukungan dan peran serta berbagai pihak yang telah banyak membantu.

Diantaranya dari Kemenag Kabupaten Nunukan, Baznas Kabupaten Nunukan, termasuk keluarga besar Ustad Hermansyah serta berbagai pihak lain yang selama ini banyak memberikan dukungan dan bimbingan. (ADHE/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button