EventNunukan

Dana Bantuan Baznas Untuk MTQ di Kecamatan Nunukan Menuai Kritik

Ketua Panitia Berikan Klarifikasinya

NUNUKAN – Selain menghasilkan para pemenangnya, gelaran Musbaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke VXII Tahun 2022 Tingkat Kecamatan di Kecamatan Nunukan beberapa waktu lalu, juga menghasilkan tuaian kritik dan pertanyaan.

Kritik tajam, kebanyakan dari kalangan peserta pada perhelatan tersebut, mengarah pada dana bantuan yang diperoleh dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Nunukan.

Diketahui, Baznas Kabupaten Nunukan memberikan dukungan dana bantuan sebesar Rp 3.400.000 pada kegiatan yang digelar selama 3 hari berturut-turut, sejak Jum’at hingga Ahad (4-6/3/2022) dan menetapkan Kelurahan Nunukan Tengah sebagai tuan rumah.

Menariknya, dana bantuan tersebut bukan dijadikan satu dengan keseluruhan anggaran yang dibutuhkan panitia, melainkan dialokasikan khusus untuk hadiah para juara cabang Lomba Kaligrafi saja, yang notabene kebanyakan pesertanya merupakan kerabat dekat salah seorang unsur pimpinan dari Baznas Kabupaten Nunukan yang disebut-sebut berinisial AT.

“Terasa aneh. Cabang lomba kaligrafi yang hanya merupakan cabang lomba tambahan menyediakan hadiah jauh lebih besar dibanding hadiah untuk pemenang juara MTQ yang merupakan cabang lomba utama,” terang salah seorang peserta lomba MTQ.

Berdasar data yang diperoleh diksipro.com, dana bantuan sebesar Rp 3,4 juta dari Baznas Kabupaten Nunukan itu diperuntukkan kepada pemenang juara I, juara II dan juara III Lomba Kaligrafi.

Berbeda cukup jauh jika dibandingkan dengan hadiah uang yang disediakan untuk juara I MTQ baik Qori maupun Qori’ah tingkat dewasa yang masing-masing hanya sebesar Rp 150 ribu.

Menurut narasumber media ini, sedikitnya tercatat 6 peserta cabang lomba kaligrafi merupakan kerabat pejabat di Baznas Kabupaten Nunukan. Mulai dari anak, adik ipar hingga anak didik AT menjadi peserta pada cabang lomba tambahan tersebut.

“Sejumlah di antara kerabat dekat dan anak didik AT memang berhasil menyabet gelar juara pada cabang lomba kaligrafi tersebut,” ujar narasumber yang meminta namanya tidak disebutkan.

Lebih unik lagi, menjadi catatan sejarah baru dalam kegiatan lomba MTQ ke-XVII tingkat kecamatan di Kecamatan Nunukan tahun 2022 ini, panitia juga menobatkan adanya peserta termuda dan memberikan hadiah uang tunai. Lagi-lagi dari cabang lomba kaligrafi.

Anugerah kepada peserta termuda tersebut berhasil diraih salah seorang peserta kaligrafi yang merupakan salah seorang putri kandung AT. Hadiah uang yang diberikan panitia juga jauh lebih besar dibanding juara lomba MTQ, yakni sebesar Rp 500 ribu.

“Rasanya tidak berlebihan jika akhirnya muncul asumsi ada semacam ‘pesan sponsor’ pada dana bantuan yang diperoleh panitia dari Baznas Nunukan. Hingga kami pertanyakan, sejauh apa kualitas hasil kegiatan MTQ ke XVII di Kelurahan Nunukan Tengah ini,” kata narasumber lagi.

Dikonfirmasi awak media diksipro.com, Ketua Panitia MTQ ke XVII Kecamatan Nunukan, R. Dior Frames, S.IP., M.A, memastikan tidak ada ‘main mata’ antara panitia pelaksana dengan Baznas Kabupaten Nunukan. Terutama terkait pemenang cabang lomba kaligrafi maupun hadiah yang diberikan.

Bahwa, penetapan total hadiah uang sebesar Rp 3,4 juta untuk para juara lomba kaligrafi yang berasal dari bantuan Baznas Kabupaten Nunukan, sepenuhnya murni merupakan kebijakannya selaku Ketua Panitia.

Menurut Dior, panitia sebelumnya memang sudah menetapkan besaran masing-masing hadiah untuk masing-masing cabang yang dilombakan dalam kegiatan MTQ ke XVII Tahun 2022 kali ini.

“Besaran hadiah dari masing-masing cabang lomba itu lah yang kemudian kami carikan sponsornya. Kebetulan sponsor dana untuk hadiah lomba kaligrafi ketemunya dengan Baznas Kabupaten Nunukan,” terang Dior.

Bahwa peserta pada cabang lomba kaligrafi ternyata didominasi oleh kerabat dekat salah seorang unsur pimpinan di Baznas Kabupaten Nunukan, lanjut Dior, Panitia Pelaksana sama sekali tidak mengetahuinya.

Terkait kebijakan memberikan hadiah kepada pemenang Lomba Kaligrafi yang jauh lebih besar dibanding juara MTQ sebagai cabang utama yang dilombakan, menurut Dior itu lebih kepada keterbatasan pemahamannya terhadap kategori mana yang memiliki level lebih tinggi di antara masing-masing cabang yang dilombakan.

“Intinya, semua penilaian lomba berlangsung fair. Panitia sudah bekerja secara maksimal untuk memberikan yang kerja terbaiknya. Jika ada kekurangan, tentunya itu jauh dari bentuk kesengajaan,” kata Dior yang juga pejabat Lurah Nunukan Tengah ini. (PND/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button