Mengenal Peraih IPK Terbaik Lulusan PNN Tahun 2021 (2)

Memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) cumlaude tentunya menjadi harapan setiap mahasiswa yang mengikuti pendidikan di sebuah Perguruan Tinggi.
Pada tulisan sebelumnya, diksipro.com telah menyebutkan tiga nama mahasiswa jurusan TSIP angkatan ke-V tahun 2021 di Politeknik Negeri Nunukan (PNN), Sonira Safira, Novena Palang Kian dan Sunarti sebagai peraih nilai IPK tertinggi.
Pada tulisan kedua ini, tiga nilai IPK tertinggi mahasiswa Jurusan TPHP angkatan ke-V peraih dari yudisium yang diselenggarakan pada 6 November 2021, masing-masing adalah Muhammad Idham dengan nilai IPK 3,62 sebagai terbaik pertama, Risman (3,55) pada posisi kedua serta dan dua mahasiswa dengan nilai IPK yang sama, 3,54 adalah Syahrir dan Eka Nilawati.
“Belajarnya biasa saja. Sama seperti yang dilakukan kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Tapi saya memang giat membaca,” cerita Muhammad Idham.
Menambah ilmu pengetahuan di luar materi kuliah yang dia dapatkan di kampus, Idham mengaku banyak mendapat referensi pelajaran melalui internet.
“Ada waktu yang saya sediakan setiap hari untuk menambah pengetahuan melalui internet,” terangnya.
Selain rajin mengulang materi pelajaran yang didapatkan dalam perkuliahan, bersosialisasi dengan banyak orang dan lingkungan, menurut Risman dapat membuka wawasan lebih luas dalam menambah ilmu pengetahuan.
“Aktif mengikuti kegiatan organisasi kampus menurut saya akan memperkaya pengetahuan kita. Karena di dalam organisasi kampus artinya kita berada pada lingkungan orang–orang yang berpikir kritis,” kata mahasiswa peraih nilai IPK terbaik kedua dari Jurusan TPHP Politeknik Negeri Nunukan angkatan ke-V ini.
Mendapatkan IPK dengan nilai cumlaude di masa akhir perkuliahan, memang menjadi target Nila Ekawati sejak pertama kali terdaftar sebagai mahasiswa di Politeknik Negeri Nunukan.
Mengingat IPK yang diperoleh merupakan akumulasi dari setiap semester yang dia jalani, Nila Ekawati mengaku mulai menyusun strategi lebih dini.
“Saya harus memperoleh IP dengan nilai yang baik sejak berada di semester pertama hingga semester-semester berikutnya. Kunci untuk mewujudkan harapan itu, ya harus rajin belajar,” kata Nila Ekawati.
Profesi ayahnya sebagai sopir angkutan penumpang umum dan ibunya yang menjadi guru pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Sebatik diakui Syahrir sebagai salah satu motivasi terbesarnya untuk membuat kedua orang tuanya bangga pada dunia pendidikan yang dia tempuh.
“Sebelum bisa memberi banyak kepada orang tua, setidaknya saat kuliah saya bisa membuat mereka bangga,” kata Syahrir.
Perjuangan dan kerja keras orang tua agar dapat membiayai kuliahnya disikapi Syahrir dengan rajin belajar dan berusaha selesai kuliah tepat waktu. Jika akhirnya dia menjadi salah satu dari mahasiswa yang meraih nilai IPK tertinggi, menurut dia, itu adalah ‘bonus’nya.
Selain Syahrir, umumnya para mahasiswa dari dua jurusan di PNN yang lulus dengan nilai IPK terbaik kali ini merupakan mahasiswa dari kalangan keluarga sederhana bahkan di antaranya ada yang dapat dikatakan kurang mampu.
Muhammad Idham, Risman, Nobena dan Sunarti menyebutkan mereka merupakan anak dari orang tua yang berprofesi sebagai petani dengan kehidupan yang sangat sederhana.
Dengan penghasilan yang diperoleh dari hasil melaut, orang tua Eka Nilawati yang berprofesi sebagai nelayan di daerah Mansapa berjuang keras agar putri mereka bisa menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi
Sebagai anak yatim piatu Sonira Safira terpaksa harus bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko untuk bisa membiayai kuliah dan kebutuhan hidupnya sehari-hari. (Habis-DEVY/DIKSIPRO)