Nunukan

Pedagang BBM Botolan ‘Nakal’ Bermunculan di Nunukan

Akibat Kekosongan BBM di SPBU

NUNUKAN – Terjadi kekosongan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Pertamax selama 2 hari di Nunukan, Selasa dan Rabu (15-16/3/2022) dimanfaatkan oleh sejumlah oknum penjual BBM eceran menjual dengan harga lebih mahal dari biasanya.

Beberapa informasi yang diperoleh media ini, setelah dua hari tersebut, harga bensin botolan oleh penjual eceran pinggir jalan yang biasanya seharga Rp 10 ribu per botol, dijual seharga Rp 15 ribu bahkan ada yang sampai Rp 20 ribu.

“Karena tidak ada pilihan lain, saya terpaksa membeli walau dengan harga mahal. Karena aktivitas sehari-hari menggunakan kendaraan bermotor yang butuh BBM harus tetap dilakukan,” keluh salah seorang warga bernama Armin.

Menyesalkan ulah sejumlah oknum penjual BBM botolan pinggir jalan seperti itu, Arman berharap situasi seperti ini harus menjadi perhatian Pemerintah.

Pemerintah, lanjut dia, harus turun tangan mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan BBM di tengah masyarakat. Karena menurutnya, ulah nakal penjual BBM botolan itu terjadi karena ada sebab akibatnya.

“Akibat harga melonjak tidak wajar, sebab persediaan BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar SPBU resmi kosong. Pemerintah harus memperhatikan kesulitan masyarakat seperti ini,” kata Armin lagi.

Menolak menyebutkan namanya, salah seorang wanita pemilik kios di Jl. Pesantren Kelurahan Nunukan Tengah yang menjual BBM botolan memberikan alasan menjual harga lebih mahal dibanding biasanya, karena mereka juga mendapatkannya cukup sulit setelah persediaan di SPBU resmi kosong.

“Kami beli di pangkalan yang ada di laut. Ada biaya tambahan untuk menuju pangkalan itu. Makanya harganya kami naikkan,” terang wanita tersebut.

BBM baru tersedia di sejumlah SPBU resmi di Nunukan pada Kamis (17/3/2022) sehingga menjadi ‘serbuan’ masyarakat dan terjadi antrian sangat panjang mulai pagi hingga sore hari.

Antrian warga yang ingin mendapatkan BBM tersebut, misalnya yang terlihat pada SPBU PT. Cahaya Nunukan di Jl. Patimura Kelurahan Nunukan Timur.

Selain kendaraan roda empat dan roda dua, antrian juga diramaikan dengan membludaknya jeriken milik sejumlah pedagang BBM eceran, menunggu giliran.

Selain Armin, warga lain yang merasakan aktivitas kesehariannya terhambat akibat kekosongan BBM di Nunukan adalah Buya (48). Pria ini bahkan rela datang dari tempat tinggalnya yang jauh di kawasan Sedadap Nunukan Selatan untuk ikut antri.

Senada dengan Armin, Buya juga mengaku kelangkaan BBM di Nunukan dan munculnya oknum penjual eceran dengan harga sangat mahal, membuat masyarakat resah. Buya juga berharap Pemerintah tidak mendiamkan saja situasi seperti ini terjadi.

Banyak warga yang mengkritisi, saat terjadi antrian panjang BBM di SPBU, tidak ada petugas keamanan yang melakukan pengawasan di lapangan. Khususnya terhadap pembeli yang menggunakan jerigen yang tidak lain adalah para pedagang BBM botolan.

Padahal diketahui SPBU merupakan ‘pintu’ resmi terakhir untuk mendistribusikan BBM kepada masyarakat. Praktik-praktik menjual BBM botolan atau sarana lainnya, secara tegas dilarang oleh Undang-Undang. (DEVY/DIKSIPRO).

Komentar

Related Articles

Back to top button