Pendidikan

Impian Nuraini Bisa Lulus Kuliah Dan Jadi Pengusaha

Cerita Siswa Repatriasi Penerima Beasiswa (Bagian 2)

NUNUKAN – Nuraini (15), salah seorang pelajar Indonesia yang mengikuti program repatriasi dari Sabah yang saat ini masih menjalani masa karantina di Nunukan, direncanakan melanjutkan pendidikannya ke SMA Muhammadiyah 6 di Makassar, jurusan IPS.

Sama seperti Sulastri, remaja kelahiran Kota Tawau, Sabah, Malaysia Timur dari pasangan Rahmani dan Nurjanah pada tahun 2006 lalu ini juga mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tingkat SLTA di Indonesia melalui program repatriasi.

Bedanya, jika beasiswa yang diterima Sulastri adalah beasiswa ADEM dari Kementerian RI, Nuraini mendapatkan beasiswanya dari salah satu Yayasan yang peduli pendidikan anak Indonesia di luar negeri yang memasilitasi asrama tempat tinggal, makan sehari-hari selama mengikuti pendidikan di Indonesia serta seragam dan perlengkapan sekolah lainnya. Tanpa uang saku.

Ini untuk bisa masuk ke sekolah tingakt SLTP Indonesia di Sabah saat itu, Nuraini harus memiliki ijazah lulusan Sekolah Dasar (SD) ‘produk’ Indonesia. Padahal, pendidikan dasar yang dia jalani selama ini pada sebuah Sekolah Rendah milik Kerajaan Malaysia.

Karenanya, dia juga harus rela mengikuti pendidikan sekolah paket A di sekolah kesetaraan Rumana di Kinabatanagan, Sabah selama 1 tahun agar mengantongi ijazah tingkat SD guna melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP.

“Tidak dapat duit belanja (uang jajan) tidak apa-apa. Beasiswa yang saya dapatkan dari yayasan udah sangat membantu. Untuk duit belanja nanti orang tua bisa bantu kirim sedikit,” terang Nuraini.

Kendati kedua orang tuanya bekerja, namun sebagai tenaga buruh di salah satu estate perkebunan sawit di Sabah, untuk membiayai pendidikan Nuraini ke tingkat SLTA, dirasakan cukup berat.

Itu sebabnya ketika ada tawaran mengikuti program repatriasi pelajar Indonesia yang ada di Sabah ke Indonesia, kedua orang tuanya sangat antusias berharap Nuraini bisa lolos seleksi mengikutinya.

“Saya berusaha keras untuk bisa lolos seleksi. Karena ingin terus melanjutkan pendidikan setingi-tingginya,” kata Nuraini.

Menurut Sulung dari dua bersaudara dengan adiknya bernama Azlan (13) ini, sebelumnya dia bahkan sempat bimbang, apakah bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTA atau tidak.

Selain faktor kemampuan biaya dari orang tua, untuk meneruskan pendidikan lanjutan di Malaysia tentu terbentur soal administrasi kewarganegaraan.

“Hampir kecewa karena berfikir pendidikan saya akan berakhir hanya sampai di SMP saja. Untungnya ada program pelajar repatriasi dan saya berhasil diterima. Ini yang membuat saya kembali bersemangat,” lanjutnya.

Belum pernah berpisah jauh dari orang tua, meneruskan pendidikan ke Indonesia, dalam hal ini ke Makassar, diakui Nuraini cukup membuatnya berat dan merasa sedih. Apalagi dia sama sekali belum pernah tinggal di Indonesia sebelumnya.

Tapi rasa berat dan sedih itu, lanjutnya, harus dia lawan demi menggapai cita-citanya, ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses.

Dikatakan Nuraini, satu tekad yang harus dia perjuangkan setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTA adalah bagaimana caranya bisa mendapat beasiswa pendidikannya di tingkat perguruan tinggi.

“Lulus SMA saya kepingin kuliah jurusan ekonomi atau bisnis. Semoga nanti bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah. Saya belum tahu bagaimana caranya di Indonesia. Tapi nanti akan saya pelajari dan cari jalannya,” kata Nuraini.

Baik Nuraini maupun Sulastri sangat berharap bisa menjadi mahasiswa dan berhasil menyelesaikan pendidikan mereka di Perguruan tinggi. Namun untuk mewujudkan impiannya tersebut keduanya mengaku sangat bergantung dengan adanya program beasiswa yang bisa mereka dapatkan di negaranya ini.

Sulastri dan Nuraini sepakat, jika semata-mata mengandalkan kemampuan ekonomi orang tua masing-masing, menjadi mahasiwa dan lulus dengan gelar sarjana, hanya menjadi mimpi mereka. (DEVY/DIKSIPRO – SELESAI)

Komentar

Related Articles

Back to top button