Kapolres Nunukan Antar Anak PMI ke Perbatasan Malaysia
Untuk Memberi Rasa Aman dan Memastikan Keselamatan Mereka Usai Pulang Bersekolah di Indonesia
NUNUKAN – Puluhan Anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia tempuh perjalanan belasan kilometer untuk mengenyam penididikan dasar-nya di SDN 005, Dusun Berjoko, Desa Sei Limau, Sebatik Tengah, Rabu (2/10/2024).
Menariknya, siswa-siswi ini berjalan kaki setiap hari lintas negara dengan melewati jalanan menanjak yang curam, jalanan berlumpur di lereng-lereng bukit perkebunan sawit dan semak belukar. Meski rutin menempuh perjalanan yang sangat melelahkan menembus batas negara, semangat mereka tetap ‘menyala’ demi masa depannya.
Beberapa kali semangat mereka diuji seperti berpapasan dengan ular cobra, terjatuh di lereng bukit atau kehujanan di perjalanan saat berjalan kaki dari rumah tinggal mereka di sebuah Kongsi (perumahan pekerja perkebunan) milik Teck Guan Plantation dan Heng Ann Plantation di Wilayah Kampung Bergusong, Sebatik – Malaysia.
Hal ini cukup unik dan menarik untuk dikenang mereka saat dewasa nanti. Mereka istimewa, siswa-siswi ini seolah menjadi orang yang terpilih dari jutaan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pengalaman hidup yang sebenarnya tak mereka inginkan karena kesulitannya.
Jika mereka tetap bertahan hingga lulus pendidikan dasarnya, anak-anak PMI ini akan miliki mental yang kuat laksana baja. Jika mereka kalah oleh keadaan ini, Cita-citanya akan pupus dan runyam untuk menjadi Polisi juga Tentara.
Mahdi (12) salah satu anak PMI yang bersekolah di SDN 005 Sebatik, secara langsung kepada jurnalis media ini menyebutkan cita-citanya menjadi Polisi, dia merasakan ‘sentuhan hangat’ wejangan-wejangan anggota polisi yang bertugas di Kecamatan Sebatik Tengah saat berkunjung ke sekolahnya.
Pengalaman siswa-siswi anak PMI ini di terima Kapolres Nunukan, AKBP Bonifasius Rumbewas, ia kemudian bersama Kasat Sabhara, I Eka Berlin dan beberapa anggotanya melakukan Patroli Jarak Jauh dan (PJJ) peninjauan langsung menemui anak-anak PMI ini dan menemani mereka di perjalanan hingga ke Patok Tipe C sebelum mereka benar-benar masuk kembali ke Malaysia.
“Kita ingin melihat langsung permasalahan yang dialami anak-anak ini, memberi mereka semangat dan rasa aman kepada mereka, kami bersama-sama pemerintah setempat dan tokoh masyarakat ingin memastikan keselamatan mereka dengan mengantarkan mereka sampai ke patok batas di perbatasan,” ujar Bonifasius dalam kunjungannya itu.
Tercatat oleh Pihak Sekolah SDN 005 Sebatik, sebanyak 20 orang siswa yang merupakan anak PMI ini rutin turun ke sekolah dengan menempuh jarak sejauh belasan kilometer.
Hal itu diterangkan oleh Andreas Baha, salah seorang guru SDN 005 Sebatik Tengah. Ia mengatakan, tekad belajar siswa anak PMI tersebut tidak kalah dengan siswa yang tinggal dekat dari sekolah.
“Mereka berjalan kaki mulai dari Pk. 05.00 Wita dari rumah dan tiba pagi sebelum jam pelajaran sekolah dimulai Pk. 07.00 ,” ujar Andreas.
Kendala yang dialami para siswa terjadi jika hujan deras, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk tiba di sekolah karena jalan yang terjal dan tanah liat, kadang memaksa mereka untuk tidak datang ke sekolah.
“Dari cerita anak-anak ini, saat hujan turun mereka akan berteduh di bawah pohon sawit hingga hujan reda, baru kemudian melanjutkan perjalanannya ke sekolah dalam keadaan basah walau terlambat,” ujarnya lagi.
Saat pulang sekolah, anak-anak itu akan melintasi jalan yang sama dan mengulangi kesehariannya demi mendapatkan pendidikan yang layak. (ALAMSYAH/DIKSIPRO)