Nunukan

Solusi Efektif Atasi Kebutuhan Air Bersih di Nunukan

Pengerukan dan Menambah Jumlah Embung

NUNUKAN – Mengingat kondisi yang berbeda dengan wilayah-wilayah Kabupaten Nunukan lainnya yang berada di daratan Pulau Kalimantan, solusi efektif ketersediaan bahan baku air bersih pada dua wilayah di Kabupaten Nunukan, Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik, menurut Direktur Perumda Air Minum Tirta Taka Nunukan, Masdi, adalah dengan meningkatkan volume tampung embung yang sudah ada serta menambah jumlah embung pada beberapa titik lagi.

Diketahui, kedua pulau yang disebutkan merupakan daerah-daerah yang sejauh ini mengandalkan tadah hujan untuk Perumda Air Minum Tirta Taka memproduksi air bersih yang akan didistribusikan kepada masyarakat.

“Karena merupakan pulau kecil, sungai-sungai yang ada di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik merupakan sungai pendek dengan kondisi hutan yang sudah terganggu, cukup sulit mengandalkannya sebagai sumber air utama tetap, selain tadah hujan,” kata Masdi.

Maka yang perlu dilakukan dalam waktu dekat, guna mengatasi ketersediaan sumber air yang dibutuhkan untuk diproduksi, adalah dengan melakukan pengerukan pada Embung Limau dan Embung Bilal yang ada di Pulau Nunukan serta Embung Lapri di Pulau Sebatik.

“Selain itu, menambah lagi jumlah kantung-kantung embung pada beberapa titik. Baik di Pulau Nunukan maupun di Pulau Sebatik,” tegasnya.

Menurut direktur Perumda Air Minum Tirta Taka Nunukan ini, berdasar perhitungan yang pernah dilakukan, setidaknya tersedia 9 embung di Kabupaten Nunukan untuk menampung air hujan yang akan diproduksi untuk didistribusikan kepada penduduk.

Selain yang sudah ada, beberapa titik wilayah yang perlu dilakukan penambahan jumlah embung diantaranya di wilayah Sei. Banjar, Mambunut dan Mamolo. Pertimbangan dibutuhkan setidaknya 9 embung dimaksud, menurut Masdi telah diwacanakan sejak tahun 2016 silam.

“Kita harapkan pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam waktu dekat bisa mempercepat pengerukan maupun penambahan jumlah embung yang dibutuhkan itu,” terang Masdi yang memastikan kapasitas Perumda Air Minum Tirta Taka hanya sebagai operator untuk menjalankan fasiltas yang tersedia serta memberikan masukan-masukan atau terobosan untuk kebijakan langkah dalam mengatasi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih di daerah ini.

Terkait banyak ‘suara-suara’ yang menawarkan solusi mengatasi kebutuhan sumber baku air di daerah ini selain tadah hujan, misalnya dengan proses desalinasi air laut, menurut Masdi karena belum memahami kondisi daerah ini secara keseluruhan.

“Banyak pertimbangan untuk menjadikan air laut sebagai sumber kebutuhan air tawar bersih. Dibutuhkan biaya yang terlalu besar untuk membangun infrastrukturnya. Siapa yang siap untuk itu,” kata Masdi.

Selain pertimbangan UMR dan kondisi perekonomian masyarakat, untuk mewujudkan desalinasi air laut juga harus melibatkan tiga unsur aliran cairan, yakni air laut, produk bersalinitas rendah serta konsentrat bersalinitas tinggi.

Sebagai pembanding, Masdi mencontohkan Kota Balikpapan yang sudah jauh lebih lama membicarakan soal pemenuhan kebutuhan air bersih melalui sumber air laut, setelah melakukan kajian, ternyata tidak layak. (ADHE/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button