Diharapkan Tahun 2024 Sudah Ada Mahasiswa PNN Rebut ‘Tiket’ MSIB
Pesan Direktur PNN Pada Peringatan Hardiknas 2023

NUNUKAN – Tiga tahun terakhir, kondisi dunia pendidikan dilingkungan Perguruan Tinggi sudah berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tiga tahun terakhir mahasiswa sudah dihadapkan pada konsep Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.
Begitu antara lain yang disampaikan Direktur Politeknik Negeri Nunukan (PNN), Arkas Viddy dalam pesannya selaku Inspektur Upacara pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang digelar di halaman Kampus PNN, Jl. Limau, Kelurahan Nunukan Selatan, Kecamatan Nunukan Selatan, Selasa (2/5/2023).
Pada situasi tersebut, menurut Arkas ada hal yang benar-benar perlu dianggap sebagai tonggak perubahan, adanya kebebasan fokus belajar 20 Satuan Kredit Semester (SKS) untuk mahasiswa.
Konsep Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang akan diterapkan kepada mahasiswa semester V pada semua Program Pendidikan (Prodi), bahwa mahasiswa diberi kebebasan untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja, tidak saja pada Prodi yang sudah dipilih tapi juga pada jurusan lainnya, baik di lingkungan kampus sendiri atau ke Perguruan Tinggi lainnya.
“Atau mau berwirausaha guna mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai langkah persiapan karir. Termasuk jika ingin magang bersertifikat pada sebuah perusahaan yang ada di dalam negeri maupun luar negeri,” kata Arkas Viddy.
Namun diakui, PNN yang baru memulai satu tahun terakhir menerapkan konsep Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka tersebut tentunya menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam mencapainya.
Direktur PNN ini mengharapkan, setidaknya pada tahun 2024 mendatang, mahasiswa PNN sudah ada yang dapat mengikuti kegiatan Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) nasional maupun internasional atau kuliah selama satu semester pada Perguruan Tinggi lain, setidaknya di Pulau Jawa.
“Saya harapkan tahun depan mahasiswa PNN sudah ada yang mampu bersaing untuk memperoleh ‘tiket’ mengikuti program Pendidikan pada Perguruan Tinggi terkemuka di dalam maupun luar negeri yang biayanya diperoleh dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan,” tegas Arkas.
Sebelumnya, masih pada momen yang sama, yakni perayaan Peringatan Hardiknas tahun ini, Arkas juga menyampaikan sambutan secara nasional dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim terkait perubahan besar dari episode program Merdeka Belajar yang menekankan pembelajaran mendalam untuk mengembangkan karakter dan kompetensi.
Pada jenjang Perguruan Tinggi, kata Menteri, mahasiswa yang dulunya hanya belajar teori di dalam kelas. Sekarang bisa melanglang buana mencari pengetahuan dan pengalaman di luar kampus dengan hadirnya program kampus Merdeka.
Sama dengan penyelenggaraan upacara Peringatan Hardiknas ditempat lainnya, selain mahasiswa yang hadir sebagai peserta upacara mengenakan jaket almamater, kesemarakan Peringatan Hardikas di PNN juga oleh sejumlah pejabat, dosen maupun staf yang mengenakan busana adat daerah masing-masing. Diantaranya busana adat Upak Nyamu, Ta’a Dan Sapei Sapaq, (Dayak) Baju Pokko (Toraja) atau Kebaya nasional.
Mengimplementasikan rasa persatuan dalam ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya, pada momen kali ini, Direkteru PNN Arkas Viddy selaku Inspektur Upacara yang memiliki etnis suku Banjar mengenakan busana Pattuqduq Towaine (Bugis Mandar) dan Wakil Direktur (Wadir) II Non Akademik, Rafiqoh yang juga berasal dari etnis Banjar mengenakan busana Baju Bodo Moderen (Bugis Makassar).
Sedangkan yang merupakan etnis dari Jawa Timur mengenakan busana yang biasa dikenakan oleh kalangan pejabat atau bangsawan keraton Jawa Tengah yang disebut Surjan. (ADHE DIKSIPRO)