EkoBizNunukan

BBM Solar Di Wilayah III Terbatas, Masyarakat Mengeluh

SPBU Buka Sekali Dalam Sebulan Dengan Pasokan Hanya 5 Ton

NUNUKAN – Minimnya ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar di wilayah III Kabupaten Nunukan dikeluhkan masyarakat. Sebab, banyak aktifitas penting menyangkut perputaran ekonomi di daerah ini sangat bergantung pada ketersediaan BBM jenis Solar.

Seperti yang terjadi di Kecamatan Sebuku. Selain untuk digunakan pada sarana angkutan transportasi laut untuk angkutan barang-barang sembako, Solar juga sangat dibutuhkan untuk kendaraan angkutan darat. Terutama kendaraan dump truck yang dijadikan masyarakat sebagai usaha angkutan hasil panen perkebunan kelapa sawit.

Salah satu penopang perekonomian masyarakat di Sebuku, menurut Asbar, seorang tokoh masyarakat setempat, adalah usaha transportasi angkutan hasil panen kelapa sawit.

“Setiap hari dump truck yang diusahakan masyarakat tersebut harus beroperasi mengambil upah angkut hasil panen kelapa sawit. Namun usaha itu terkendala karena BBM jenis Solar yang dibutuhkan tidak tersedia cukup di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di Kecamatan Sebuku,” terang Asbar.

Menurut Asbar, SPBU yang ada di Kecamatan Sebuku,  hanya mendapat jatah satu kali pasokan Solar dalam sebulan. Pasokan tersebut tentu saja sangat tidak mencukupi.

“Dalam waktu satu bulan, SPBU yang ada hanya buka satu kali. Dengan pasokan hanya sebanyak 5 ton, persediaan Solar itu sudah habis didistribusikan paling lama dua hari. Setelanjutnya menunggu pasokan berikut pada bulan berikutnya,” terang Asbar.

Salah seorang warga Sebuku yang berprofesi sebagai pengemudi dump truck angkutan kelapa sawit, Ilyas membenarkan kesulitan mereka dalam mendapatkan BBM Solar untuk menjalankan usaha mereka.

Selain hanya buka sekali dalam sebulan, menurut Ilyas pembelian mereka juga dibatasi hanya sebesar Rp. 250.000 atau sebanyak 36,7 liter setiap pengisian.

“Namun tidak jarang saya hanya ikut antri di SPBU namun tidak sempat mendapatkan Solar karena persediaannya sudah habis,” kata Ilyas yang mengaku rata-rata kebutuhan dia pada BBM Solar perhari sebanyak 25 liter.

Keluhan serupa juga disampaikan Rudi, warga Sebuku lainnya yang juga berprofesi sebagai penyedia jasa angkutan tandan buah sawit menggunakan dump truck.

Rudi memastikan, sama seperti pengemudi penyedia jasa angkutan lainnya, jika mereka tidak mendapatkan Solar yang didistribusikan melalui SPBU maka alternatifnya membeli Solar eceran dengan harga cukup mahal, yakni  senilai Rp 18.000,- .

Harga Solar eceran tersebut tentu saja jauh diatas harga Solar subsidi yang didistribusikan di SPBU yang hanya sebesar Rp 6.800,- sedangkan biaya jasa angkut tandan buah sawit tidak berubah dari sebesar Rp 160.000,- per ton.

“Kami berharap permasalahan masyarakat di wilayah III terhadap kebutuhan BBM menjadi perhatian Pemerintah Daerah. Ini sudah berjalan cukup lama. Solar yang didistribusikan melalui SPBU sangat terbatas. Kami menunggu apa Langkah Pemerintah Daerah sebagai solusinya,” ujar Rudi (PND-DEVY/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button