Barter Barang Pokok Masih Berlangsung di Krayan Selatan
Dilakukan Dengan Masyarakat Sarawak, Malaysia

NUNUKAN – Di era modern seperti sekarang ini, sistem transaksi berupa pertukaran antara barang dengan barang atau yang dikenal dengan istilah barter, masih terjadi di tengah masyarakat Dataran Tinggi Krayan Selatan. Bahkan sistem barter tersebut bukan antara sesama masyarakat desa, melainkan dengan masyarakat negara luar, Sarawak Malaysia.
Dan jenis barang yang menjadi bahan barter antara rakyat dari kedua negara bertetangga ini merupakan Barang Pokok dan Penting (Bapokting) sehari-hari.
Menurut Camat Krayan Selatan, Oktavianus Ramli, tradisi tukar menukar barang yang dibutuhkan antara masyarakat Krayan dengan masyarakat negeri jiran terdekat itu sudah berlangsung lama secara turun temurun untuk memenuhi kebutuhan Bapokting masyarakat.
“Sampai saat ini, sistem barter barang dengan barang antara masyarakat Krayan dengan masyakat Sarawak itu masih ada. Beberapa waktu lalu sempat terhenti karena jalurnya ditutup oleh Pemerintah Malaysia akibat pandemi Covid-19,” Oktavianus Ramli, Sabtu (3/9/2022).
Dijelaskan, karena jarak masing-masing daerah antara, Krayan Indonesia dengan Sarawak Malaysia cukup dekat, tradisi barter dianggap lebih mudah, murah dan efektif dibanding jika menunggu pasokan Bapokting dari dalam negeri yang datang dengan jumlah terbatas serta harga yang cukup mahal.
Hal itu lantaran satu-satunya transportasi dalam negeri yang menghubungkan Krayan dengan daerah-daerah Indonesia lainnya hanyalah pesawat udara.
Dicontohkan harga gula pasir per kilogram yang didatangkan sekali dalam seminggu dari Malinau atau Tarakan, harga jual di Krayan mencapai antara Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram. Sedangkan yang dipasok dari Sarawak Malaysia, harganya berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram.
Sebagai daerah penghasil beras dan garam, masyarakat di Krayan Selatan ini biasanya melakukan barter komoditi yang dimiliki dengan bensin, gula atau minyak goreng dengan masyarakat Desa Bario, Sarawak, Malaysia.
Untuk bisa melakukan barter, warga di Krayan Selatan harus berjalan kaki menyusuri hutan mulai dari Desa Long Layu ke Bario yang membutuhkan sekitar 12 jam berjalan kaki. Jarak yang sama kembali ditempuh saat akan kembali ke Indonesia, di Desa Long Layu.
“Kalau dari Krayan Induk, proses barternya dilakukan di Desa Bakelalan. Sedangkan yang dari Krayan Selatan melintasi Desa Long Layu untuk tembus hingga ke Desa Bario di Sarawak sebagai tempat transaksi barter berlangsung,” ungkap Oktavianus lagi.
Oktavianus Ramli yang baru dilantik sebagai Camat Krayan Selatan pada Jumat, 2 September 2022 lalu menuturkan, penjualan potensi hasil bumi Krayan, seperti beras dan kopi ke luar daerah masih sangat terbatas. Karena satu-satunya sarana transportasi yang menghubungkan dengan daerah lainnya adalah pesawat udara.
“Banyak dari Tarakan dan Malinau yang minta dipasok beras Krayan hingga sebanyak 500 Kg. Tapi pihak penerbangan membatasi barang bawaan penumpang maksimal hanya seberat 50 kilogram per orang,” imbuhnya. (DEVY/DIKSIPRO)