NunukanSeni & HiburanUmum

Mengenal Tradisi Ginum Pangasi

Khazanah Adat Budaya Masyarakat Etnis Dayak Agabag

Suku Dayak Agabag merupakan salah satu kelompok etnis masyarakat yang banyak mendiami Kawasan Kalimantan Utara yang masih sangat lekat melakukan tradisi Ginum Pangasi (Minum Pengasih), yakni sebuah kebiasaan yang wajib dilakukan dalam setiap upacara-upacara adat.

Tidak terkecuali pada kemeriahan acara peresmian Balai Adat Besar Dayak Agabag di Desa Kalun Sayan, Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara yang berlangsung selama dua hari berturut-turut, Sabtu dan Minggu (6-7/1/2024) lalu. Minum Pangasi menjadi salah satu momen yang ikut meramaikan dalam acara tersebut.

Mengenal sedikit lebih jauh terkait tradisi Ginum Pangasi ini, Kepala Desa Kalun Sayan, Semion Latu merupakan sebuah tradisi  meminum air yang difermentasi dari bahan dasar singkong rebus menggunakan jenis ragi yang diolah dari beras yang dihaluskan serta ramuan rempah-rempah yang biasanya terdiri dari serai, jahe dan merica.

Seluruh bahan campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam sebuah guci yang biasa sebut Talipuk dan kemudian bagian bibirnya ditutup rapat lalu disimpan dalam kurun waktu tertentu antara  tiga hingga empat pekan hingga ramuan tersebut akan menjadi Bulak (tuak).

Ginum Pangasi dapat dilakukan secara bersama-sama sebagai bentuk penghormatan dan kerekatan antar masyarakat etnis Dayak. (ADHE/DIKSIPRO)

Menurut Semion, semakin panjang waktu yang digunakan untuk proses fermentasi, semakin bagus Bulak yang akan dihasilkan dari proses fermentasi untuk dikonsumsi.

Prosesi Ginum Pangasi ini juga tergolong unik. Biasanya dilakukan secara bersamaan oleh beberapa orang yang duduk berjajar, menyesuaikan jumlah Talipuk berisi Bulak yang tersedia. Sedangkan alat untuk meminumnya, disedot menggunakan Budu (bambu) kecil berdiameter sekitar 1,5 centimeter  yang berfungsi sebagai pipet.

Keunikan lain, untuk meminum ramuan ini juga ada ketentuannya. Dalam setiap satu kali meminumnya, peminumnya harus mereguk air Bulak hingga batas kerendahan air turun berada pada garis tertentu yang sudah diberi tanda/pembatas dari atas bibir Talipuk.

Setiap isi Bulak berkurang karena telah diminum oleh orang sebelumnya, airnya akan ditambah hingga kembali naik mencapai bibir Talipuk. begitu seterusnya hingga proses panjang kegiatan acara yang digelar dianggap selesai.

Tidak hanya dalam kegembiraan atau suka cita acara adat yang diselenggarakan, Ginum Pangasi ini juga bisa ditemukan pada saat acara berduka. Misalnya ada anggota masyarakat etnis Dayak meninggal dunia, pihak keluarga yang berduka juga menyajikannya untuk orang-orang atau tamu yang datang melayat.

Dapat dikatakan, hampir dalam setiap acara adat, Ginum Pangasi menjadi bagian kebiasaan yang tidak terpisahkan sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu yang datang berkunjung dan membangun rasa kebersamaan.

Namun yang perlu menjadi catatan, mengkonsumsi Bulak hasil fermentasi yang secara otomatis mengandung alkohol ini dalam jumlah yang berlebihan, bisa membuat orang yang meminumnya menjadi mabuk. (ADHE/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button