Nunukan

Penghasilan Membuat Perahu Cukup Baik

Tapi Mulai Terkendala Ketersediaan Bahan Baku

NUNUKAN – Keterampilan membuat perahu sebenarnya merupakan salah satu bidang usaha yang masih memberi penghasilan cukup baik hingga saat ini. Rata-rata keuntungan bersih yang bisa diperoleh dari 1 unit perahu bisa mencapai Rp 15 juta.

Adi (47), warga Desa Bukit Aru Indah, Kecamatan Sebatik Timur, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, salah seorang pembuat perahu yang masih eksis sampai sekarang. Diakui, membuat perahu merupakan pekerjaan utamanya.

Kekayaan potensi perikanan di wilayah perairan Kabupaten Nunukan dan sekitarnya, tentu saja berpengaruh besar terhadap usaha yang dijadikan Adi maupun pembuat perahu lainnya di Sebatik sebagai sumber mata pencaharian tersebut.

Dengan potensi perikanan yang ada itu lah, Sebatik dikenal sebagai salah satu wilayah dengan penduduk yang cukup banyak berprofesi sebagai Nelayan yang cukup tangguh. Dan tentu saja, dalam melakukan pekerjaannya, para nelayan membutuhkan perahu sebagai sarana utamanya.

Tingkat pesanan membuat perahu di Sebatik, menurut Adi, belakangan juga meningkat dengan berkembangnya usaha komoditi rumput laut. Baik sebagai sarana angkutan hasil panen, maupun untuk melakukan pekerjaan menjaring rumput laut non budidaya.

Untuk mengerjakan sebuah perahu berkapasitas 2 Ton misalnya, Adi memastikan membutuhkan waktu lebih kurang satu bulan untuk menyelesaikannya.

“Saya hanya membuat perahu saat ada pesanan saja. Namun bisa dikatakan, pesanan membuat perahu sebenarnya hampir tidak pernah putus,” kata Adi.

Umumnya pemesan perahu buatan Adi adalah para nelayan tradisional Sebatik yang tinggal di pesisir pantai. Namun tidak jarang juga dia menerima order pembuatan dari warga yang cukup jauh.

Untuk pesanan perahu berkapasitas muatan 3 Ton, pemesan setidaknya menyiapkan dana sebesar Rp 50 juta. Guna memudahkan dan mempercepat pekerjaan membuat 1 unit perahu, biasanya Adi mengerjakan bersama 2 orang rekan seprofesi lainnya.

“Dikerjakan oleh tiga orang, pembuatan sebuah perahu dapat diselesaikan dalam waktu satu bulan, terang Adi.

Hasil upah kerja yang didapatkan untuk pembuatan 1 unit perahu, berkisar antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Hasil tersebut kemudian dibagi bertiga menyesuaikan kapasitas pekerjaan yang dilakukan masing-masing.

Dibalik usaha mengerjakan perahu pesanan ini, baik Adi maupun pekerja pembuat perahu lainnya di Sebatik mulai terkendala dengan ketersediaan bahan baku kayu.

Adi biasanya menggunakan bahan kayu jenis Mentru. Jenis kayu ini sebagai salah satu bahan dasar terbaik untuk membuat perahu. Namun saat ini untuk mendapatkan jenis kayu tersebut di Sebatik sudah sangat sulit.

Banyak nelayan yang terpaksa harus memesan bahan kayu Mentru dari wilayah Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan bahkan hingga ke Tarakan dengan konsekuensi biaya tambahan dibanding jika jenis kayu tersebut diperoleh di Sebatik.

“Tidak jarang kami terpaksa belum bisa menerima pesanan membuat perahu karena tidak ada bahan bakunya,” terang Adi yang menyebutkan kebutuhan bahan baku kayu untuk membuat 1 unit perahu sebanyak 3,5 m3.

Itu sebabnya, jika ada orang yang menawarkan kayu jenis Mentru, Adi akan membelinya walau belum ada pesanan pekerjaannya. Karena dipastikan tidak akan membutuhkan waktu yang lama, persediaan kayu tersebut akan terpakai dengan adanya pesanan membuat perahu.

Di Desa Bukit Aru Indah, saat ini sediktinya ada 6 orang pembuat perahu yang umumnya memiliki kemampaun secara otodidak.

Selain diperoleh secara turun temurun dari orang tua yang dulunya juga sebagai pembuat perahu, keterampilan membuat perahu umumnya didapatkan dari pengelaman pernah bekerja membantu orang lain mengerjakannya. (ZAL/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button