Puluhan Rumah Di Desa Setabu Terendam Banjir
Mustakim : Tiga kali peningkatan badan jalan tanpa gorong-gorong

SEBATIK – Sedikitnya sekitar 30 rumah warga di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik Barat terendam banjir pada Selasa (25/5). Banjir terjadi akibat guyuran hujan yang berlangsung mulai malam hingga dini hari pada sebagian besar wilayah di Pulau Sebatik .
Tidak hanya rumah penduduk yang kondisinya jadi memprihatinkan, banjir terparah yang melanda RT. 06, RT. 12 dan RT. 17 di Desa Setabu ini memberi dampak kerugian tidak sedikit pada beberapa usaha yang dikembangkan masyarakat setempat guna menopang perekonomian keluarga mereka.
Banjir yang terjadi di Desa Setabu ini memang bukan untuk yang pertama kali. Menurut salah seorang warga, Sakaruddin (35), lebih kurang dalam kurun 10 tahun terakhir pemukiman penduduk di tempat mereka sudah jadi ‘langganan tetap’ banjir ketika turun hujan.
“Walau hujan yang turun tidak terlalu deras sekalipun, banjir sudah pasti terjadi. Saat itu pasti banyak kerugian yang kami (warga) alami,” kata Sakaruddin.
Menurut pria yang lebih dikenal warga sekitar dengan nama Adhyt ini, banjir yang terjadi pada Selasa pagi tersebut mencapai ketinggian lebih dari 1 meter. Kedalaman itu bisa lebih tinggi lagi jika hujan yang turun sangat deras atau dalam waktu yang lebih panjang. Dan itu kerap mereka alami.
Warga lainnya, Mustakim (43) memastikan banjir yang menggenangi pemukiman warga ini akibat beberapa kali pekerjaan peningkatan badan jalan yang dilaksanakan di desa mereka. Karena pekerjaan peningkatan badan jalan tersebut tidak dibarengi dengan pembuatan gorong-gorong sebagai saluran lintasan air jika terjadi hujan.
“Selama bermukim disini, seingat saya sudah tiga kali dilakukan pekerjaan peningkatan badan jalan. Yang pertama pada tahun 2012. Yang kedua pada tahun 2016 dan terakhir pada tahun 2019,” terang Mustakim yang mengaku sudah menetap di Desa Setabu sejak tahun 1983.
Pada masing-masing pekerjaan meninggikan badan jalan tersebut, lanjut Mustakim, tidak sekalipun ada dilakukan pembuatan gorong-gorongnya. Maka dapat dipastikan luapan air yang terjadi saat turun hujan, tidak tersedia saluran pembuangannya.

Selain harus membersihkan rumah pasca diterpa banjir, Mustakim adalah salah satu contoh warga yang mengalami kerugian yang tidak sedikit jika volume air meninggi menggenangi pemukiman penduduk. Kali ini, air yang menggenangi lantai rumah Mustakim mencapai ketinggian sampai 1,2 meter.
Tidak hanya peralatan rumah tangga yang banyak rusak serta hilangnya sebagian unggas ternak, kerugian yang paling dirasakan adalah hilangnya ikan peliharaan pada usaha kolam yang dikelola warga. Padahal, usaha kolam ikan di tempat ini menjadi penopang ekonomi keluarga beberapa penduduk.
“Warga juga sebenarnya sangat khawatir dengan ancaman hewan liar buas yang kerap terlihat berkeliaran saat banjir berlangsung. Setelah banjir surut kami juga resah pada ancaman penyakit yang bisa ditimbulkan,” keluh Mustakim mewakili warga.
Menurut dia, keresahan warga terkait banjir yang kerap dialami ini beberapa kali pernah disampaikan kepada setiap anggota DPRD Nunukan yang datang berkunjung menggelar reses. Dengan harapan ada upaya untuk menjembatani masalah ini karena diketahui proyek peningkatan badan jalan tersebut bersumber dari APBN.
“Tapi selalu saja kami (warga) mendapat jawaban akan ditindaklanjuti. Namun buktinya, setelah kerap mengalami banjir lebih kurang sejak sepuluh tahun terakhir, tidak ada hasil dari aspirasi yang kami sampaikan. Hanya begitu-begitu saja,” kata Mustakim. (PND/DIKSIPRO)