Nunukan

Pembenahan di RSUD Nunukan Untuk Standarisasi RS Akreditasi Tipe C

Dulman : “Ruang operasi memang mahal,”

NUNUKAN – Direktur Utama (Dirut) RSUD Nunukan, dr Dulman memberikan klarifikasinya terkait pembangunan beberapa gedung baru maupun rehab bangunan di RSUD Nunukan yang menghabiskan anggaran hingga sekitar Rp 30 Miliar.

Pembenahan gedung, kata Dulman dilakukan untuk menyesuaikan dengan standarisasi Rumah Sakit Tipe C dari Akreditasi Rumah Sakit (KARS).

Untuk memenuhi standar rumah sakit tipe C, memang membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk memiliki gedung dengan persyaratan yang ditentukan. Selain itu, perbaikan fasilitas yang dilakukan juga demi keamanan dan keselamatan pasien.

Salah satu yang sempat menjadi sorotan anggota DPRD Nunukan tentang mahalnya biaya yang digunakan untuk pembangunan di RSUD Nunukan ini adalah pembangunan ruang operasi yang menghabiskan anggaran hingga sebesar Rp 20 Miliar.

Dijelaskan Dulman, konsekuensi biaya semahal itu karena kamar operasi membutuhkan sejumlah peralatan Modular Operating Theatre (MOT) yang diimpor dari Jerman.

“MOT merupakan sistem yang sering digunakan pada ruangan operasi. Bekerja secara terintegrasi dalam satu kontrol panel. Sehingga sistem ini dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien,” terang Dulman.

MOT di ruang operasi biasanya menggunakan komponen utama berupa pintu hermetic, sistem tata udara ruangan dan lampu ruangan yang bisa diatur dalam satu kontrol panel.

Tanpa adanya sistem ini, petugas di ruangan operasi akan memiliki tugas yang lebih banyak, karena harus melakukan hal-hal tersebut secara manual.

“Saya tegaskan sarana dan prasarana kesehatan sangat mahal. Apalagi yang sesuai standar. MOT itu satu sistem di kamar operasi yang saling berhubungan. Mulai lantai dan dindingnya anti bakteri. Pengaturan suhu, pencahayaan, tekanan negatif positif, dan lainnya itu harus sempurna. Hanya RSUD Nunukan yang punya MOT,” tuturnya.

Sebelumnya, menurut Dulman, kamar operasi yang ada di RSUD Nunukan sempat mendapat sorotan tajam dari Surveyor KARS.

Saat Surveyor melihat ruang kamar operasi mendapati dinding yang lembab. Ketika dinding dibuka terdapat kecoa serta tempat cuci tangan yang tidak memenuhi standar.

Dijelaskan bahwa pada ruang operasi luka pasien terbuka cukup lama. Dengan kondisi ruangan seperti itu, makanya angka infeksi luka pasca operasi cukup banyak.

Selain itu, untuk bangunan laboratorium PCR, RSUD Nunukan memang harus memilikinya. Sebab Sejak awal pandemi Covid-19 di daerah ini, sampel PCR selalu dikirim keluar Kalimantan Utara yang membutuhkan waktu cukup lama untuk mengetahui hasilnya.

Dulman membenarkan manajemen RSUD dan Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan sempat dipanggil DPRD Nunukan untuk memberikan klarifikasi proyek pembangunan puluhan Miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2021 untuk RSUD Nunukan.

“Saya sudah penuhi panggilan tersebut dan memberikan klarifikasinya. Tentang bangunan yang sudah selesai tapi belum dioperasikan karena masih menunggu hasil pemeriksaan dari BPK, setelah selesai diperiksa akan segera difungsikan” ucapnya. (INNA/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button