Melihat Ritual Kaago Ago di Pantai Regos
Tradisi Tolak Bala Versi Warga Buton.
NUNUKAN – Sama dengan bangsa rumpun melayu lainnya, ditengah masyarakat Buton juga mengenal tradis Tolak Bala yang mereka sebut dengan Kaago Ago. Yaitu sebuah tradisi yang dipercaya sebagai ritual untuk mencegah datangnya penyakit.
Berdasar referensi yang diperoleh, Kaago Ago biasanya digelar sebelum masa pergantian musim, dari Musim Timur ke Musim barat atau sebaliknya. Karena diyakini pada peralihan musim seperti ini umat manusia merasa tidak nyaman, tertekan, panik dan lain sebagainya.
Untuk itu, masyarakat etnis Buton secara turun temurun menyiasati permasalahan tersebut dengan strategi tradisi Kaago Ago agar dapat mengatasi segala hal yang labil.
Cukup meriah, warga etnis Buton yang bermukim di kawasan Kampung Buton, Sedadap, Nunukan Selatan, Kalimantan Utara menggelar upacara tersebut pada Minggu (3/10/21).
Sejak pagi warga sekitar sudah berduyun-duyun, masing-masing membawa aneka macam panganan menuju titik acara digelar, kawasan pantai Regos, Jl. Ujang Dewa RT. 07 Kelurahan Nunukan Selatan. Tidak jauh dari kompleks bangunan Rusunawa.
“Kegiatan ini sudah menjadi tradisi turun temurun sejak jaman leluhur kami. Sebagai generasi penerus, kami terus berusaha menjaga dan melestarikannya,” kata Suhani, warga Buton yang bermukim di RT. 07.
Suhani mengaku, warga etnis mereka begitu meyakini tradisi tersebut sebagai bentuk upacara untuk menolak bencana, termasuk penyakit yang dapat terjadi pada masyarakat.
“Apalagi dimasa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Kita harapkan tradisi tolak bala ini dapat menghindarkan warga kita dari penyakit tersebut,” kata Suhani lagi
Setelah pembacaan do’a keselamatan dan do’a tolak bala yang dipimpin oleh seorang tokoh agama setempat, warga secara bersama-sama menikmati aneka jenis makanan yang sebelumnya mereka bawa dari rumah.
Ritual selanjutnya dari acara yang digelar sekali dalam setahun ini adalah menurunkan (melarung) beberpa jenis makanan dalam sebuah wadah terbuat dari anyaman bambu ke laut yang mereka sebut dengan istilah Tabelao Bala.
Menurut warga lainnya, La Ege (48), Tabelao Bala merupakan inti dari upacara Kaago Ago ini. Prosesi menghanyutkan makanan ke laut, kata dia hanya sekedar simbol dari tradisi Tolak Bala tersebut.
Acara ini ditutup dengan kemeriahan mandi bersama di pantai yang dikenal masyarakat di daerah ini dengan nama Pantai Regos.
Cukup unik, warga yang mengikuti acara mandi bersama ini juga akan membuang pakaian yang mereka kenakan saat mandi.
“Itu juga bagian dari proses yang menggambarkan kita membuang jauh bencana dari diri kita masing-masing,” jelas pria yang tinggal di RT. 08 ini
Kedepannya, La Ege berharap kegiatan seperti ini dapat dilakukan lebih teroganisir agar melibatkan lebih banyak masyarakat Buton yang ada di Nunukan sebagai upaya melestarikan budaya masyarakat mereka hingga ke anak cucu.(PND/DIKSIPRO)