
NUNUKAN – Direktur Politeknik Negeri Nunukan (PNN), Arkas Viddy menyebut kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan generator penggerak kenaikan harga barang pokok dan penting (bapokting).
Tujuan pemerintah menaikan harga BBM untuk menstabilkan perekonomian nasional, dinilai Arkas Viddy tentu saja baik. Namun, kenaikan harga yang dilakukan harus dikaji dengan benar. Jangan sampai terlalu memberatkan masyarakat.
Memberikan alasan pendapatnya, kata Direktur PNN ini, yang pertama, karena masyarakat kita belum pulih dari dampak pandemi Covid-19. Meski angka pertumbuhan ekonomi pasca Covid-19 positif, tapi persentasenya masih jauh di bawah tahun lalu. Itu artinya ekonomi Indonesia belum pulih.
“Sebagai praktisi Akademisi, adanya kenaikan harga BBM menurut saya sama dengan memperberat upaya pemulihan ekonomi kita. Karena dia menjadi cikal bakal ikut naikknya harga barang-barang lainnya. Dan itu memberatkan masyarakat,” kata Arkas Viddy (Senin, 12/9/2022) .
Kenaikan harga BBM menurut Arkas mestinya disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi. Misal, pertumbuhan ekonomi kita naik 7 persen, karenanya kenaikan harga yang terjadi tidak melebihi 7 persen. Agar masyarakat tetap mampu menjangkaunya.
Dijelaskan, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5 persen. Sedangkan kenaikan harga pertalite mencapai 30 persen. Akibatnya terjadi minus masyarakat hingga 26 persen. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan kenaikan harga barang-barang lainnya.
BBM, lanjut dia, merupakan generator pencipta kenaikan foktor lain termasuk 9 bahan pokok dan sebagainya. Ditambah lagi, masyarakat juga mengambil lagi kesempatan dengan menaikan harga lebih dari 6 persen sampai 10 persen.
Misalnya harga tiket Speedboat dari Nunukan-Tarakan yang naik hingga 10 persen dari standar kenaikan sebesar 6 persen, maka kekurangannya yang 4 persen, pasti diambil dari masyarakat. (DEVY/DIKSIPRO)