Ikuti ANBK, Pelajar Desa Tau Lumbis Carter Perahu Rp. 8 Juta

NUNUKAN – Keterbatasan fasilitas di daerah pedalaman Kabupaten Nunukan berdampak pada kesulitan masyarakatnya mengakses berbagai informasi yang sangat dibutuhkan.
Termasuk kesulitan para pelajarnya yang akan melaksanakan program Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang diterapkan pemerintah dengan tujuan peningkatan mutu pendidikan.
Tidak memiliki perangkat komputer dan belum tersedianya akses jaringan internet membuat tidak sedikit sekolah di pedalaman dengan kategori daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T) terpaksa mengirim siswanya kesekolah lain sebagai solusi untuk melaksanakan program ANBK tersebut.
Namun solusi tersebut tidak serta merta menyelesaikan persoalan yang dialami. Konskuensi lain yang dihadapi para pelajar dari jalan keluar itu, kebutuhan biaya yang tidak kecil untuk mereka bisa berada di sekolah yang ditumpangi.
“Mengirimkan siswa ke sekolah lain yang telah memiliki fasilitas seperti yang dibutuhkan, tetap menimbulkan masalah baru. Karena jarak masing-masing sekolah saling berjauhan, para siswa tentunya membutuhkan biaya transportasi yang tidak kecil untuk sampai pada sekolah yang dituju,” terang Kepala Dinas Pendidian dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Nunukan, H. Junaidi.
Sebagai contoh, pelajar dari SMP Desa Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis Hulu, Kabupaten Nunukan yang terpaksa mengikuti program ANBK pada sekolah yang berada di luar kecamatan. Yaitu SMP Mansalong di Kecamatan Lumbis.
Untuk sampai di SMP Mansalong, pelajar dari Tau Lumbis harus menempuh perjalanan antara 6 hingga 8 jam dengan menggunakan transportasi air, perahu bermesin kecil yang harus dicarter. Selain membutuhkan waktu tempuh yang cukup lama, kondisi medan sungai yang dialui juga tidak mudah.
Pada ret perjalanan tersebut, perahu bermesin kecil yang hanya bisa mengangkut 20 orang penumpang itu harus dicarter sebesar Rp. 8.000.000 untuk satu kali perjalanan.
“Daerah dituntut mampu bersaing untuk meningkatkan mutu pendidikan, tapi sarana dan prasarananya terbatas,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Nunukan, H. Junaidi
Kendala yang sama juga dialami para pelajar di pedalaman wilayah III. Diantaranya, kecamatan Krayan Selatan, Krayan Barat dan Krayan Timur yang harus mengikuti ANBK di SMP Kecamatan Krayan induk.
“Pemerintah seharusnya memperhatikanjuga sarana dan prasarana yang ada di daerah-daerah 3T. Bukan hanya menuntut dilakukan perbaikan mutu pendidikannya.
Sebenarnya, menurut Kepala Disdikbud Kabupaten Nunukan ini, akses lain dari Desa Tau Lumbis ke Mansalong bisa menggunakan pesawat udara dengan biaya lebih murah. Hanya sebesar Rp.300.000 perorang. Namun jadwal penerbangannya tidak menentu atau tidak setiap hari selalu ada.(BIAZ/DIKSIPRO)