InternasionalNasionalNunukan

DPRD Perlu Segera Sikapi BBM Malaysia Yang Beredar di Sebatik

Saleh : “Mengancam perekonomian masyarakat perbatasan,”

NUNUKAN – Wakil Ketua DPRD Nunukan, Saleh merasa perlu lembaganya segera menyikapi keluhan pengusaha SPBU di Sebatik tentang peredaran Bahan Bakar Minyak (BBM) RON 98 asal Malaysia di wilayah perbatasan dengan negeri jiran tersebut.

Selain tidak dibenarkan dari sisi hukum, menurut Wakil Ketua I DPRD Nunukan ini, praktik tersebut tentunya memberi dampak negatif yang besar pada perkembangan perekonomian di daerah itu karena membuka peluang terjadinya deflasi lantaran peredaran uang di tengah masyarakat berkurang akibat lebih banyak yang beredar ke luar negeri.

“Jika dibiarkan berlarut-larut, cepat atau lambat itu bisa membahayakan perekonomian masyarakat Sebatik,” kata politisi usungan dari Partai Demokrat ini.

Karenanya, Saleh berharap DPRD Nunukan segera menyampaikan aspirasi masyarakat tersebut kepada Pemerintah Daerah dan mendesak secepatnya dilakukan koordinasi dengan Forkopimda guna menindaklanjuti persoalan itu.

“Harus segera di sikapi. Ini masalah krusial menyangkut hajat hidup orang banyak terutama masyarakat pada wilayah perbatasan,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah pengusaha SPBU di Nunukan mendatangi anggota DPRD Nunukan. Mereka mengeluhkan banyaknya BBM RON 98 dari Malaysia di pasaran tradisional di Sebatik.

Harga jual eceran tidak resmi BBM asal Malaysia yang sekelas Pertamax dengan harga jauh lebih murah itu mempengaruhi pasaran BBM dari dalam negeri yang dijual secara resmi melalui SPBU.

Alasannya, masyarakat konsumen lebih memilih membeli dan menggunakan Ron 98 yang dijual eceran seharga Rp 10.000 per liter dibanding BBM jenis Pertalite dengan harga yang sama. Apalagi terhadap BBM Pertamax yang dijual resmi oleh SPBU seharga Rp 13.050 per liter.

Praktik tersebut, menurut salah seorang pemilik usaha SPBU PT. Cahaya Sopeng di Sebatik, yang datang ke DPRD pada Jum’at (3/2/2023) lalu, Yuliana, membuat BBM dari dalam negeri jadi kurang laku.

“Membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding sebelumnya untuk menjual habis pasokan BBM yang kami jual di SPBU,” terang Yuliana.

Padahal, lanjut dia, pengusaha SPBU di Sebatik bahkan sudah mengurangi jumlah pasokan BBM yang diambil dari Depo Pertamina di Tarakan. Belum lagi ancaman rekanan pemilik Pertashop yang akan menghentikan pengambilan BBM dari SPBU yang ada jika kondisi tersebut tidak berubah.

Beberapa pengusaha Pertashop bahkan merencanakan memilih ikut mengambil BBM dari Malaysia karena lebih cepat laku terjual dibanding BBM dari dalam negeri. (DEVY/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button