Pendidikan

Demi Masa Depan, Sulastri Rela Berpisah Dengan Keluarga

Cerita Siswa Repatriasi Penerima Beasiswa ADEM (Bagian 1)

NUNUKAN – Gelombang ketiga Program Beasiswa Repatriasi tahun 2021 dari Malaysia meloloskan 161 pelajar SMP yang berasal dari 47 Community Learning Center (CLC) di Sabah, Malaysia.

Di Indonesia para siswa tersebut akan meneruskan pendidikan mereka pada tingkat SLTA. Di Kalimantan Utara, selain Nunukan dan Sebatik, beberapa sekolah yang akan dituju untuk penempatan mereka, terbanyak di Provinsi Kalimantan Selatan. Ada juga yang diarahkan ke Sulawsi Selatan.

Sulastri Jubeda Sahrin (17), satu di antara siswa yang lolos seleksi untuk mendapatkan Beasiswa Repatriasi Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) ke Indonesia dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Lahir di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), anak pertama dari tiga bersaudara pasangan suami istri Saharin (37) dengan Erni (37) ini mendapat kuota meneruskan pendidikan SMA-nya di Kalimantan Selatan.

Menuturkan kisahnya, Sulastri Kecil, saat masih berusia 7 tahun bersama dengan seorang adiknya dijemput orang tuanya untuk bermigrasi ke Sabah, Malaysia.

Sahrin dan Erni beberapa tahun sebelumnya memang sudah lebih dulu merantau untuk mengadu nasib ke Malaysia. Selama dalam perantauan, pasangan suami istri tersebut menitipkan kedua anak mereka pada sang nenek di kampung halamannya.

“Saya dan adik dijemput orang tua dari kampung pada tahun 2012 untuk diajak merantau ke Malaysia. kalau adik saya yang bungsu memang terlahir di Malaysia,” cerita Sulastri.

Di Malaysia, awalnya ayahnya bekerja sebagai tenaga pemanen buah kelapa sawit. Belakangan sudah berpindah kerja pada sebuah pabrik minyak sawit. Ibunya hanya mengurusi rumah tangga.

Selama berada di Sabah, Sulastri sempat menyelesaikan pendidikannya di tingkat Sekolah Rendah (setingkat Sekolah Dasar) milik pemerintah kerajaan Malaysia.

Namun saat akan melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP di sekolah Indonesia, Sulatri menghadapi kendala. Penerimaan siswa baru pada SMP sekolah Indonesia tidak mengakomodir Sijil (Ijazah) yang dia peroleh dari Sekolah Rendah (Dasar) di Malaysia.

“Sijil Sekolah Rendah saya tidak bisa diterima di SMP sekolah Indonesia,” terang Sulastri.

Solusinya, Sulastri harus mengikuti program pendidikan paket A di SKB Rumana yang berada di Kinabatangan, selama satu tahun.

Keberhasilannya lolos seleksi beasiswa ADEM tentu saja disambut suka cita oleh Sulastri dan keluarganya. Walaupun konsekuensi berpisah negara dengan kedua orang tua dan saudara-saudaranya berada.

“Tidak mengapa (berpisah). Saya ingin mengejar cita-cita masa hadapan yang lebih berjaya (sukses),” kata Sulastri yang masih kental dengan aksen Melayu Sabah-nya.

Dari tujuh siswa di sekolahnya yang mendaftar mengikuti beasiswa ADEM kali ini, hanya 4 siswa yang lolos. Sulastri adalah salah satunya. Siswa yang telah dinyatakan lulus seleksi, dibebaskan untuk memilih salah satu provinsi tujuan sekolah lanjutannya di Indonesia. Namun panitia seleksi yang menentukan sekolahnya masing-masing.

“Saya dapatkan SMKN di Banjar Baru, Kalimantan Selatan dengan Jurusan Perhotelan,” kata Sulastri yang menganggap sebagai berkah dengan sekolah dan jurusan pendidikan yang dia dapatkan. Sesuai dengan cita-citanya.

Selain fasilitas asrama, kebutuhan makan sehari-hari dan seragam sekolah, fasilitas lain diperoleh siswa yang diberikan melalui beasiswa ADEM yakni uang saku sebesar Rp 2 juta setiap bulan. (DEVY/DIKSIPRO – Bersambung)

Komentar

Related Articles

Back to top button