NunukanSeni & Hiburan

Bupati Mendapat Suapan Ang Ku Kueh

Saat Mampir di Meja Kuliner Warga Tionghoa

NUNUKAN – Tidak terhindarkan, pada acara pesta kuliner tradisional yang digelar dalam rangka  memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Nunukan di Indoor Gedung Olahraga Sungai Sembilan pada Rabu (15/10/2025) lalu, stand Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Nunukan ternyata memiliki daya tarik sendiri bagi pengunjung.

Selain menjadi stand yang paling banyak menampilkan aneka kuliner tradisionalnya, keunikan berbagai jenis kue asal negara Tirai Bambu yang dalam kehidupan sehari-harinya di Nunukan tentu saja tidak mudah ditemukan itu, mampu menjadi magnet cukup kuat untuk menarik perhatian pengunjung sekaligus keinginan untuk mencicipinya.

Menurut Rosalina, setidaknya ada 16 jenis kuliner tradisonal warga Tionghoa yang mereka tampilkan dalam momen kali ini. Sebut saja diantaranya, Wu Tao Gou (kue keladi), Bakcang, kue Hai Nam, Nian Gao (kue keranjang), kue Bulan, Tangyuan (ronde) dan Ang Ku Kueh serta Mochi.

“Keunikan diantara kue-kue tradisional kami ini, ada yang disajikan hanya pada saat-saat tertu saja. Misalnya kue bulan yang disajikan saat festival pertengahan musim gugur yang dirayakan pada tanggal 15 bulan ke-8 kalender Tionghoa,” terang Rosalina yang oleh kebanyakan orang Nunukan mengenalnya dengan nama sapaan Nyonya Melati.

Kue tradisional Tionghoa lain yang ditampilkan, juga tidak luput dari ‘serbuan’ pengunjung saat itu adalah Pa Thong Ko (kue beras), Fa Gao (apam mekar), kue Pao dan telur merah.  Tidak ketinggalan, tentu saja minuman segar tradisional legenda Tiongkok diolah dari sari buah Kundur yang disebut Tung Kua Cha.

Suapan sepotong Ang Ku Kueh dari Nyonya Yuliati Sulistyo untuk Bupati Nunukan. (ADHE/DISPRO)

Di meja saji PMSTI ini juga Bupati Nunukan, Irwan Sabri yang menghadiri acara tersebut sempat berlama-lama berbincang sambil mencicipi beberapa jenis kue yang tersedia. Bahkan orang nomor satu di Nunukan ini sempat mendapatkan suapan sepotong Ang Ku Kueh dari nyonya Yuliati Sulistyo.

“Nyonya A Sun (Yuliati Sulistyo) ini salah satu tokoh perempuan Tionghoa di Nunukan yang sudah saya anggap seperti orang tua sendiri. Sejak masih anak-anak saya sudah mengenal dan dekat dengan beliau,” kata Irwan Sabri yang mendapat sambutan tepuk tangan dari para Koko dan Cece yang ada di stand kuliner PMSTI saat itu.

Kehadiran masyarakat etnis Tiongho meramaikan acara pesta kuliner tradisional di Nunukan kali ini, menurut Ketua PMSTI Nunukan, Adi Wijaya bukan untuk yang pertama kalinya. Setidaknya, mereka sudah ada tiga kali mencatat keterlibatan pada even-even serupa.

Selain sebagai bentuk rasa kebersamaan dan keharmonisan hidup di tengah etnis lain yang ada di Nunukan, menurut Adi Wijaya mereka tentunya ingin juga memperkenalkan keragaman aneka kuliner tradisional yang dimiliki sebagai bagian dari khasanah kekayaan budaya tanah air

“Respon dan antusias masyarakat Nunukan ingin mengenal sekaligus mencicipi kue-kue tradional masyarakat Tionghoa ternyata cukup tinggi. Semua yang kami sajikan habis dinikmati para pengunjung,” kata Adi Wijaya.

Satu pesan lain yang tidak kalah penting ingin dismpaikan pada even sajian kuliner seperti ini, masih seperti dikatakan Adi Wijaya, menanggalkan asumsi bahwa kuliner warga Tionghoa identik dengan makanan yang tidak dikonsumsi oleh kalangan masyarakat muslim

 “Asumsi seperti itu tentunya tidak benar. Ketika kami hadir di tengah masyarakat mayoritas muslim, dengan rasa saling menghormati dan menghargai, tantunya kami sangat paham makanan seperti apa yang mestinya disajikan,” tegas pria yang akrab juga disapa dengan nama Sun Sun ini. (ADHE/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button