KaltaraNunukanSeni & Hiburan

Rayakan HUT ke-30, Warga KKSU di Nunukan Bersilaturahmi di Lokasi Wisata SAE Lanuka

Gelar Lomba Untuk Kekompakan di Tanah Perantauan

NUNUKAN – Ratusan warga dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Utara (KKSU) Kabupaten Nunukan, Sabtu (12/11/2022) rayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-30, di lokasi wisata Sarana Asimilasi dan Edukasi Lapas Kelas IIB Nunukan (SAE Lanuka).

Memeriahkan acara hari jadi perkumpulan kerukunan yang tahun ini  mengusung slogan “Torang Samua Basudara”, pengurus organisasi berinisiatif menggelar sejumlah lomba  untuk warga KKSU yang hadir dalam acara tersebut.

Masing-masing lomba yang diselenggarakan dengan sasaran utaman untuk menghibur ini adalah lomba terjemahan bahasa daerah, lomba tarian poco-poco, lomba makan kerupuk hingga lomba gigit sendok.

Seluruh warga Sulawesi Utara di Nunukan yang hadir pada saat itu terlihat gembira. Suasana terbangun penuh dengan keakraban dan kekeluargaan.

Di internal warga Sulawesi Utara, menurut Abdullah, silaturahmi dan rasa kekeluargaan dibangun dengan cara rutinitas mengadakan  pertemuan setiap bulan. Rutinitas pertemuan itu dimaksudkan untuk semakin mempererat rasa persaudaraan dan kekompakan untuk bersatu.

“Diantara kegiatan sosial di internal waga KKSU, kami juga saling tolong menolong jika ada warga KKSU yang membutuhkan bantuan,” kata Abdullah.

Sedangkan aktifitas sosial di luar organisasi kekeluargan ini, KKSU sering dilibatkan dalam berbagai kegiatan pemerintahan atau oleh beberapa instansi vertikal yang ada di Nunukan.

Hingga saat ini, KKSU Nunukan memiliki keanggotaan sebanyak 250 orang yang tersebar di Pulau Nunukan, Pulau Sebatik, dan beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten Nunukan.

Slogan Torang Samua Basudara, menurut Ketua KKSU Kabupaten Nunukan, Abdullah untuk saling mengingatkan makna pentingnya persatuan bagi anggota kerukunan di tanah perantauan.

“Terlepas dari apa etnisnya, agamanya, status sosial yang melatarinya, yang namanya warga Sulawesi Utara, kita semua bersaudara. Artinya, ketika berada di tanah perantauan sekalipun, silaturahmni dan saling membina hubungan antara orang Sulawesi Utara harus terus terjalin baik ” ujar Abdullah.

Keberadaan orang Sulawesi Utara di Kabupaten Nunukan, menurut Abdullah  jauh sebelum terbentuknya KKSU. Baik mereka yang merantau dan akhirnya memutuskan berdomisili dan menetap di Kabupaten Nunukan maupun mereka yang datang sekedar berkunjung dan singgah untuk waktu selama beberapa bulan.

Menceritakan mula sehingga terbentuknya organisasi KKSU di daerah ini, menurut Abdullah, berawal saat terjadi musibah tenggelamnya kapal KM. Cahaya Macololoe, pada tahun 1990 silam.

“Musibahnya terjadi di sekitar perairan Tanjung Haus. Saat itu kapal dalam pelayaran dari Tarakan menuju Nunukan,” kata Abdullah.

Pada peristiwa itu, lanjut Abdullah cukup banyak korban meninggal dunia atau yang disebut malamise. Termasuk diantaranya warga Kawanua dari Palu.

Kendati saat itu KKSU belum terbentuk namun semua etnis yang merasa dari Sulawesi Utara spontan merasa terpanggil untuk turun tangan memberikan bantuan, memberikan apa yang bisa dilakukan.

Hingga akhirnya inisiatif sosial yang terlaksana saat itu membatu biaya perjalanan pulang terhadap yang ingin kembali ke kampung halaman, membantu perawatan, hingga melaksanakan pemakaman terhadap korban meninggal dunia. (DEVY/DIKSIPRO).

Komentar

Related Articles

Back to top button