Abe : “Rekor Dunia Senam Yameto, Kado Terindah Untuk Kabupaten dan Masyarakat Nunukan,”
NUNUKAN – Seperti diketahui, Senam Yameto massal gelaran Pemkab Nunukan Bersama Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Nunukan, Jum’at (20/10/2023) dicatat sebagai rekor dunia dengan peserta terbanyak oleh Museum Rekor Indonesia (MURI).
Satu diantara masyarakat Nunukan yang merasa bangga dan bahagia atas prestasi tersebut tentunya Ketua KORMI Nunukan, Andi Muhammad Akbar Djuarzah. Sebab, kerja keras yang dilakukan untuk mewujudkan kegiatan dalam rangka memeriahkan Peringatan HUT ke-24 Kabupaten Nunukan tersebut sebelumnya hanya menargetkannya tercatat sebagai rekor nasional.
Dalam harap-harap cemasnya sebelum kegiatan itu diselenggarakan, pria yang lebih akrab disapa dengan nama Abe ini beberapa kali sempat mengungucapkan kalimat, “Semoga Senam Yameto yang kita selenggarakan ini bisa tercatat sebagai rekor nasional oleh MURI,”.
Menyampaikan kata sambutannya beberapa saat sebelum Senam Yameto massal yang digelar pada lokasi Paras Perbatasan di poros Jalan Lingkar Nunukan itu dimulai, Abe yang juga Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Utara ini sempat mengungkapkan latar belakang, kenapa menjatuhkan pilihan pada olahraga Senam Yameto dalam upaya menorah prestasi dicatat sebagai rekor nasional?
Berawal dari keinginan Bupati Nunukan, Asmin Laura Hafid, pada tahun 2019 lalu, agar daerah ini memiliki gerakan senam yang mengandung performa berbudaya lokal. Akibatnya, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) yang saat itu dijabat oleh Drs. Syafaruddin ‘menjadi sasaran’ tugas untuk mewujudkan keinginan yang bertolak dari bentuk kecintan Bupati terhadap budaya tempatan yang mengekspos seni tradisional etnis di masyarakatnya.
“Dari sisi lain, sejarah penamaan gerakan senam tersebut dengan kata Yameto tidak terlepas dari makna rangkain syair pada lagu Yamu Ame Tonge yang kemudian diakronimkan menjadi Yameto,” kata Abe.
Kata Yamu Ame Tonge, yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia lebih kurang bermakna ‘Wahai Kekasih, Datanglah Padaku’, berasal dari masyarakat adat suku Dayak Lundaye, daerah Krayan yang mengisahkan hubungan asmara antara pasangan pria dengan wanita yang jarak mereka dipisahkan oleh sungai.
Jika merindukan kekasihnya, maka si gadis akan melambai-lambaikan tangannya untuk memanggil pria pujaan hati datang menemuinya dengan melambai-lambaikan tangan. Ilustrasi gerakan lambaian tangan itu yang kemudian dijadikan antara lain gerakan-gerakan dalam Senam Yameto.
Lagu Yamu Ame Tonge kemudian diaransemen oleh salah seorang staf RRI bernama Roby. Untuk pengisi vocalnya dipercayakan kepada Dorma Kisu didampingi dua backing vocal, masing-masing Litad dan Sispo. Ketiganya merupakan masyarakat asli etnis Dayak Lundayeh yang saat merupakan staf pada Disparpora Kabupaten Nunukan. Sedangkan penata gerak, dipercayakan kepada Usnawati, salah seorang instruktur senam terbaik di daerah ini.
Terlepas dari sejarah singkat dan alasan dipilihnya Senam Yameto untuk perhelatan ini, Abe menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besrnya kepada seluruh masyarakat Nunukan dan semua unsur yang terlibat menyukseskan kegiatan yang kemudian sukses dicatat sebagai rekor dunia untuk peserta terbanyak.
Pria yang tidak lain adalah suami dari Bupati Nunukan saat ini, Asmin Laura Hafid ini juga menyampaikan rasa haru dan apresiasinya kepada masyarakat yang secara suka rela telah datang untuk menyertai kegiatan olehraga senam massal tersebut.
Mengumpulkan massa dalam jumlah besar itu, menurut Abe bukan hal yang mudah. Biasanya, pada kegiatan-kegiatan serupa, selalu dibarengi dengan menyediakan door prize untuk menarik minat datang dan berkumpulnya masyarakat.
“Alhamdulillah dalam kegiatan ini, walau sama sekali tanpa menyediakan door prize, masyarakat begitu antusias dan suka rela datang dan mengikuti kegiatan Senam Yameto untuk memberikan perannya berbuat yang terbaik pada daerah. Prestasi ini merupakan kado terindah untuk kabupaten sekaligus untuk masyarakat Nunukan,” ujar Abe. (ADHE/DIKSIPRO)