8 Aspek Pembangunan Tahun 2020 Disoroti Fraksi Demokrat
NUNUKAN – Fraksi Partai Demokrat (FPD) menyoroti 8 aspek pembangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah untuk Tahun Anggaran 2020 lalu. Masing-masing aspek dimaksud adalah sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi mikro, pemerintahan desa, sektor perikanan, pertanian dan perkebunan, sektor ketenagakerjaan, sosial dan keuangan. Sorotan ini menanggapi laporan keuangan Pemkab Nunukan Tahun Anggaran 2021 yang disampaikan Bupati, Hj. Asmin Laura, SE,. MM,. Ph.D beberapa waktu lalu.
Untuk Bidang kesehatan, Ketua Fraksi Demokrat, Gat, S.Pd berharap pemerintah perlu secara bertahap meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskemas-Puskesmas pedesaan. Mulai dari pemenuhan kekurangan tenaga medis, obat-obatan dan sarana pendukung lainnya dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Memberikan contoh, Gat mengutip keluhan yang pernah disampaikan oleh Kepala RS Pratama Sebatik terkait kekurangan tenaga dokter. Di Rumah Sakit tersebut, kata Gat, hanya menyediakan 4 tenaga dokter dan 28 tenaga medis lainnya dengan 3 shift jaga.
“Ini belum termasuk keluhan tentang ketersediaan tenaga medis untuk persiapan operasional RS Krayan. Kita harus melakukan sesuatu,” ujar ketua FPD ini.
Akibat keterbatasan yang dialami, menurut Gat Puskemas Long Layu terpaksa menurunkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Yang semestinya ada pasien harus menjalani rawat inap namun akibat keterbatasan sarana dan prasarana yang dimilik, pasien dibuat menjadi tidak rawat inap.
Sementara untuk bidang pendidikan, FPD mempertanyakan pola pembelajaran daring yang hingga kini belum sepenuhnya dapat diakses oleh sejumlah daerah di Kabupaten Nunukan. Sejumlah daerah memang relatif aman karena tenaga pengajar dapat memberikan tugas secara tertulis. Salah satunya dengan cara sang guru mengantarkan tugas ke rumah siswa atau sebaliknya, para siswa mengambil tugas di rumah guru.
Hal lain yang ditanggapi FPD adalah soal kualitas tenaga pendidik dan juga output sekolah. Di mana setiap tahunnya Kebijakan Umum Anggaran selalu berbicara tentang peningkatan SDM dan kualitas.
Namun, rencana kegiatan yang ada justru tidak mencerminkan tahapan bagaimana mencapai kualitas guru dan peserta didik yang diharapkan. Jika melihat variable utama yang memastikan output dari proses belajar-mengajar meningkat, seperti guru, bahan ajar dan siswa, tentunya lebih banyak bicara soal fisik, gedung, meja, pagar, halaman dan lainnya.
Misalnya, pada suatu kesempatan RDP dengan bertanya kepada Dinas Pendidikan (Disdik). Bahan ajar (buku) di sekolah-sekolah di Dapil 3 sangat terbatas. Satu bidang studi, hanya tersedia 2-3 buah buku. Di mana kondisi itu tentu hanya menjadi pegangan guru.
Kondisi itu memaksa siswa harus kembali mencatat seperti zaman Inpres dulu. Jawaban Disdik saat itu, aku Gat, bahwa buku sudah termasuk dalam dana BOS. Tapi fakta yang ada, tidak ada buku yang tersedia di sekolah. (DIA/DIKSIPRO)