
NUNUKAN – Keresahan masyarakat di wilayah III Kabupaten Nunukan terhadap terbatasnya ketersediaan Bahan Bakar (BBM) jenis Solar, bukan sekedar untuk diketahui oleh Pemerintah Daerah maupun anggota DPRD yang ada tapi untuk ditindaklanjuti dan dicarikan solusinya.
Begitu dikatakan, Asbar salah seorang tokoh warga di Kecamatan Sebuku mewakili masyarakat dalam menyampaikan harapan terkait masalah krusial tentang BBM jenis Solar yang sangat kurang dari yang dibutuhkan.
“Kami mengharapkan Pemerintah Daerah maupun angota DPRD Nunukan segera memberi perhatian pada masalah ini. Jangan ingat dan temui kami hanya pada saat menjelang Pemilu saja,” tegas Asbar.
Kebutuhan BBM jenis Solar di Wilayah III, termasuk di Kecamatan Sebuku, kata Asbar menjadi sangat penting lantaran perputaran ekonomi masyarakatnya banyak terkait erat dengan aktifitas transportasi yang bergantung pada ketersediaan BBM jenis Solar.
“Mulai dari usaha transportasi laut angkutan orang dan kebutuhan barang-barang sembako hingga usaha transportasi darat untuk angkutan hasil panen perkebunan kelapa sawit yang menjadi sumber penghidupan masyarakat,” kata Asbar lagi.
Perhatian dari pemerintah maupun wakil rakyat terhadap solusi dari kebutuhan BBM jenis Solar juga disampaikan oleh salah seorang pengemudi kendaraan dump truck angkutan hasil panen perkebunan kelapa sawit mengaku bernama Rudi.
Menurut Rudi, dirinya hanya salah satu dari sekian banyak pengemudi kendaraan angkutan buah kelapa sawit di Sebuku yang mengeluhkan terbatasnya Solar yang dibutuhkan.
“Menjadi pengemudi kendaraan angkutan buah kelapa sawit menjadi sumber perekonomian keluarga. Bayangkan, jika kami tidak mendapatkan pasokan Solar, otomatis kendaraan yang dikemudikan tidak beroperasi. Artinya, tidak ada penghasilan,” terang Rudi.
Menurut pria pengemudi dump truck bernomor Polisi KU 84** XX ini, memang ada solusi lain guna mengatasi jika merka tidak sempat memperoleh pasokan Solar yang didistribusikan oleh APMS di sebuku yang dikelola PT Petrol Inti Kaltara. Dengan cara membeli solar pada penjual eceran tidak resmi seharga Rp 16.000,- per liter.
Dengan harga Solar eceran sebesar itu, lanjut Rudi, jika tidak benar-benar berhitung tepat dalam menjalankan usaha transportasi angkutan buah sawit, bukannya memperoleh untung tapi beresiko merugi.
Seperti diketahui, beberapa bulan terakhir masyarakat di wilayah III Kabupaten Nunukan semakin merasa resah dengan situasi keterbatasan pasokan BBM jenis Solar di tempat mereka. Padahal kebutuhan BBM jenis tersebut merupakan penopang bergeraknya perekonomian masyarakat.
Sebagian masyarakat lainnya mulai mempertanyakan transparansi pihak Agen Premium dan Minyak Solar (APMS) yang dikelola PT. Petrol Inti Kaltara di Sebuku terkait berapa jatah kuota pasokan BBM yang diterima dari PT. Pertamina (Persero) dan berapa yang didistribusikan untuk kebutuhan masyarakat.
karena berdasar keterangan pekerja di APMS tersebut, mereka hanya mendapat pasokan solar sebanyak 5 ton per bulan dengab masa pendistribusian kepada masyarakat paling lama dua hari. Setelah itu menunggu lagi pasokan pada bulan berikutnya.
Mendampingi Kapolres Nunukan Ricky Hadianto, Kapolsek Sebuku Siswandoyo membenarkan adanya keresahan masyarakat setempat termasuk mempertanyakan transparansi pihak APMS yang pernah disampaikan kepadanya pada kapasitas sebagai institusi kepolisian.
Mencoba memfasilitasi keresahan masyarakat tersebut sebagai langkah dini menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, menurut Siwandoyo, pihaknya telah beberapa kali berusaha melakukan komunikasi persuasive dengan pihak perusahaan pengelola APMS di Sebuku tersebut. Namun tidak digubris
“Upaya membangun komunikasi yang kami lakukan sama sekali tidak mendapat respon dari pihak pengelola APMS. Bahkan, panggilan (melalui telepon seluler) dari kami (Polsek Sebuku) mereka putuskan,” terang Siswandoyo. (ADHE-DEVY/DIKSIPRO)