EventOpini

PDWP 2022 Ajang Futuristik dengan Konsep Acara yang Menggelitik

Pemilihan Duta Wisata Perbatasan (PDWP) Kabupaten Nunukan Tahun 2022 yang dilaksanakan pada Sabtu, 20 Agustus 2022 telah menemukan jawaranya. Acara yang digelar di Gedung Olah Raga (GOR) Dwikora Nunukan ini sejatinya untuk menemukan sang Duta atau sang Influence, pemilik wawasan luas tentang pariwisata dan bisa memperkenalkan destinasi Nunukan keluar pulau bahkan ke luar negeri.

Dari hingar bingar ajang tersebut, tersaji konsep acara yang ‘menyakitkan’ mata. Acara terkesan tidak kondusif. Tidak adanya suatu tim kerja yang bisa berkoordinasi dengan baik. Pos-pos dalam kepanitiaan yang seharusnya bisa handle acara, tidak tampak pada perhelatan saat itu.

Contohnya, pada sesi tanya jawab antara peserta dengan juri di malam Grand Final. Ada panitia, lebih dari satu orang, bergantian mengambil hasil undian pertanyaan yang telah dibacakan peserta lalu menyerahkannya kepada juri.

Pada pos ini seharusnya tidak perlu ada yang wara-wiri maju-mundur ke panggung hanya untuk tugas tersebut. Untuk apa?

Bukankah juri sudah mendengar nomor undian pertanyaan yang disebutkan peserta. Cukup sediakan satu kotak -dengan kemasan yang cantik- untuk membuang undian pertanyaan yang sudah tidak terpakai itu.

Kondisi tidak kondusif lainnya, banyaknya anak kecil yang berlarian di sekitar penonton dengan suara bising, kucing yang ikut naik ke panggung hingga hanya 1 microphone yang dipakai bergantian untuk 3 juri. Itupun tidak berfungsi baik.

Miris. Padahal acara semacam ini cukup menjanjikan, karena berkelanjutan. Peserta wanita, misalnya, bisa melanjutkan ke ajang Putri Indonesia Tingkat Regional dan seterusnya. Peserta putra bisa mengikuti ajang semisal, L-Men atau Mister Indonesia juga Duta Muda ASEAN.

Jika Pemerintah Daerah jeli melihat peluang tersebut, maka persiapan yang dilakukan harus optimal. Kegiatan serupa itu tidak cukup hanya dilaksanakan sehari. Mulai pagi hingga malam hari. Harus lebih tertata lagi.

Sesi harus dibagi menjadi dua tahapan. Pertama, dimulai dari seleksi administrasi, wawancara, tes wawasan kepariwisataan dan tes bakat. Dari tahap pertama ini sudah terseleksi 10 pasang peserta putra putri yang lolos ke tahap selanjutnya.

Tahap kedua, dilakukan proses karantina peserta hingga acara Grand Final pemilihan Duta Wisata. Pada proses karantina, peserta diberikan pembekalan materi tentang kepariwisataan secara umum, kepariwisataan daerah dalam hal ini wisata Nunukan, attitude, serta Gladi Resik (GR) untuk malam Grand Final (GF) yang akan mereka lalui.

Acara GF pun juga ada penampilan dari peserta, misal flashmob. Peserta menari bersama, tarian adat yang dikemas sederhana dan dipadukan dengan tarian yang viral di media sosial saat ini. Sehingga acara terkemas rapi dan terkonsep baik.

Rubrik penilaiannya pun harus jelas, karena item-item yang akan dinilai terlaksana dengan baik. Animo masyarakat pasti akan meningkat, bukan sekedar datang untuk menonton tapi secara tidak langsung merasa terlibat di dalamnya.

Jika dari tahun ke tahun ajang seperti ini terselenggara seperti pada Sabtu 20 Agustus 2022 lalu, menunjukkan bahwa PDWP hanyalah sebuah formalitas saja.

Bagaimana tidak? Tidak ada panitia yang kompeten, konsep acara tidak jelas, dan peserta tidak terseleksi dengan baik untuk menyandang gelar Duta Wisata.

Mungkin lebih baik pilih saja secara bergilir satu pasangan putra putri dari salah satu kecamatan yang akan ditunjuk sebagai Duta Wisata utusan Kabupaten Nunukan. Terus begitu dari tahun ke tahun.

Pemilihan Duta Wisata adalah ajang kompetisi. Selalu ada Pride didalamnya. Apalagi peserta yang bukan berasal dari Kecamatan Nunukan/Ibu kota Kabupaten. Mereka jauh-jauh datang dari kecamatannya untuk dapat memperkenalkan potensi wisata dan budaya yang ada di daerah masing-masing.

Pembinaan harus dimulai dari daerah (desa/kelurahan dan kecamatan) masing-masing. Perlu kesadaran yang tinggi akan potensi dari terselenggarakannya ajang semacam ini.

Memang, anggaran pastinya tidak sedikit yang harus digelontorkan untuk ongkos pelaksanaan dan juga hadiah pemenangnya. Pelaksana harus giat mencari dana lewat sponsor demi sebuah acara ekslusif dan berkelas.

Hal yang harus diperhatikan Pemerintah Daerah, khususnya instansi terkait misal ingin menggelar PDWP tahun 2023 dan seterusnya, jika tidak bisa fokus melaksanakan acara secara baik, maka limpahkan saja sebagai kegiatan yang digarap pihak Event Organizer (EO) yang ada di Kabupaten Nunukan. Pemerintah Daerah terima hasil bersih saja. Toh ada pihak yang lebih profesional dapat mengerjakannya.

Malam pada acara Grand Final, libatkan semua unsur sebagai tamu undangan. Mulai dari Camat, pimpinan Forkopimda, seluruh Kepala OPD, para tokoh masyarakat dan stakeholders yang ada di daerah ini.

Pariwisata adalah aset berharga. Apalagi pada era sosial media seperti sekarang ini. Sangat rugi rasanya jika kita tidak bisa mempromosikan dan mendapat benefit yang lebih dari potensi pariwisata yang ada di Kabupaten yang kita cintai ini.

.

.

Penulis : Yosep Ananda

Komentar

Related Articles

Back to top button