EkoBizNunukan

Listrik di Nunukan Byarpet Lagi

Pelaku Usaha Mengeluh Dirugikan

NUNUKAN – Kerap tiba-tiba terjadi pemadaman listrik di Nunukan akhir-akhir ini kembali dikeluhkan masyarakat. Apalagi dengan instensitas yang cukup tinggi dan durasi yang cukup panjang pada setiap kali terjadi pemadaman.

Datangnya keluhan tidak saja dari pelanggan masyarakat umum, banyak diantaranya juga dari kalangan pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) yang mengaku mengalami kerugian akibat byarpet listrik tersebut.

Seperti diungkapkan Susanto, salah seorang pemilik usaha ternak ayam potong di daerah ini. Kerap terjadi pemadaman listrik belakangan ini, diakui mulai mengganggu kelancaran usahanya yang dijalankannya.

Sarana atau fasilitas usaha ternak ayam potong yang bergantung pada ketersediaan tenga listrik, kata Susanto, di antaranya penerangan pada malam hari, menyediakan pasokan air yang menggunakan alat mesin penggerak berdaya listrik. Selebihnya, usaha yang dijalankan juga menggunakan freezer untuk mengamankan ketersediaan daging ayam beku.

“Sarana atau fasilitas peralatan berdaya listrik yang kami gunakan selama ini bergantung pada pasokan listrik dari PLN Nunukan. Nah, jika kondisi listrik dari PLN tidak stabil seperti akhir-akhir ini tentunya beresiko mengakibatkan kerugian pada usaha yang kami jalankan,” terang pemilik usaha ternak ayam potong yang berlokasi di Jl. Sei Fatimah.

Potensi kerugian yang dialami, lanjutnya, berasal dari solusi yang dilakukan jika mengalami pemadaman listrik oleh PLN, karena pilihannya harus menggunakan mesin genset pembangkit listrik yang berkonsekwensi pada pemborosan akibat membengkaknya biaya operasional.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh pemilik usaha warung kopi yang berada di kawasan Tanah Merah, Liem Hie Djung, Niko Hartono.

Untuk mengamankan ketersediaan sejumlah bahan makanan dan minuman yang dimiliki, Niko memastikan menggunakan lemari pendingin yang tentu saja menggunakan daya listrik.  Ada beberapa di antara bahan makanan atau minuman yang cepat rusak jika lemari pendingin yang digunakan tidak berfungsi.

“Jika kondisi barang telah mengalami kerusakan, pilihannya hanya satu, dibuang. Karena sudah tidak bisa digunakan lagi. Artinya, kami mengalami kerugian akibat dari pemadaman listrik yang terjadi,” kata Niko.

Belum lagi situasi warung kopi sebagai tempat usahanya yang dijalankan menjadi sepi pengunjung akibat merasa tidak nyaman dengan suasana warung yang gerah karena kipas angin yang digunakan tidak bisa difungsikan.

Menurut Niko, beberapa waktu belakangan, akibat kerap terjadi pemadaman listrik oleh PLN Unit Layanan Pelnggan (ULP) Nunukan, pendapatan dari usahanya terjadi penurunan yang cukup signifikan.

“Kami tidak tahu, apa yang terjadi dengan PLN di Nunukan. Tapi yang pasti, kerap terjadi pemadaman dengan waktu yang cukup Panjang berdampak kerugian pada usaha kami,” lanjut Niko.

Dikonfirmasi terkait kondisi kelistrikan di Nunukan belakangan ini hingga menjadi keluhan masyarakat, Manajer ULP PLN Nunukan, Fery Kurniawan menjelaskan, yang pertama menurutnya perlu diketahui bahwa kondisi listrik di Nunukan saat ini memang mengalami defisit.

Lantaran Daya Mampu PLN Nunukan hanya 16 MB sedangkan beban puncak mereka juga 16 MB. Ketika ada salah satu mesin mengalami gangguan atau memasuki masa pemeliharaan secara otomatis mengurangi daya mampu listrik yang tersedia. Untuk menyesuaikan kondisi tersebut maka akan ada pelanggan captive yang sambungan listriknya harus dipadamkan.

“Jika langkah tersebut juga belum efektif maka pemadaman untuk pelanggan umum menjadi opsi terakhir yang harus kami lakukan,” terang Fery.

Jika opsi terakhir itu juga tidak dilakukan, lanjut dia, mak bisa beresiko pada terjadi kerusakan yang sangat parah terhadap mesin pembangkit yang dioperasikan. Akibatnya, bisa terjadi kondisi yang lebih fatal, terjadinya durasi pemadaman yang lebih lama atau meluasnya areal pemadaman.

Komentar

Related Articles

Back to top button