NUNUKAN – Kalangan remaja boleh-boleh saja berpacaran. Namun pola berpacaran yang hendaknya diterapkan adalah berpacaran secara sehat, memberi dampak positif, saling memberi motivasi serta berkomitmen tentang batasan dan persetujuan.
“Berpacaran di usia belia yang tidak sehat dan tentu saja sangat dilarang adalah berpacaran yang dapat menjerumuskan remaja ke dalam peilaku beresiko. Misalnya, seks pranikah,” kata Selamat SKM, staf Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan melalui materi yang disampaikan sebagai narasumber pada kegiatan sosilisasi Pencegahan Stunting Melalui Optimalisasi Pengasuhan 1000 HPK dan Program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di Nunukan, Kamis (24/7/2025)
Jika rambu-rambu berpacaran secara sehat itu dilanggar, lanjutnya, maka solusi dari banyak kasus terjadi adalah menikahkan pasangan pada usia sangat muda. Padahal pernikahan di usia dini berpotensi resiko stunting yang lebih tinggi pada anak mereka.
Beberapa faktor penyebab anak stunting pada pasangan usia belia , lanjutnya lagi, karena organ reproduksi ibu yang belum matang, kurangnya pengetahuan tentang kehamilan dan pengasuhan anak, serta risiko komplikasi kehamilan dan persalinan yang lebih tinggi.
Selain Selamat dengan materi Peran Keluarga Dalam Upaya Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting, dua pemateri lain yang dilibatkan sebagai narasumber oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Provinsi Kalimantan Utara selaku pemilik kegiatan adalah Kepala Instalasi Gizi pada RSUD Nunukan, dr. Eyta Ardinasari Sp. GK yang menyampaikan tentang Implementasi Program Dapur Sehat Atasi Stunting serta Koordinator Lapangan BKKBN Kaltim-Kaltara, Nasruddin yang memaparkan tentang Pentingnya Pemenuhan Gizi Seimbang Pada Calon Pengantin, Ibu Hamil, Ibu Nifas serta Ibu Menyusui Bayi Dua Tahun dan Balita.
Sebelumnya, menyampaikan pesan Gubernur saat membuka secara resmi kegiatan ini, Kepala Dinas DP3AP2KB Provinsi Kalimantan Utara, Burhanuddin, S.Sos., M.Si menegaskan sasaran kegiatan ini diselenggarakan, untuk terus mengiingatkan masyarakat bahwa persoalan stunting adalah permasalahan serius yang menuntut perhatian semua pihak secara terpadadu dalam melakukan penanganannya. Mengingat, kondisi gagal tumbuh pada anak akan memberi akibat negatif terhadap generasi muda menyangkut kondisi kesehatan fisik, perkembangan mental serta potensi masa depan anak.
Yang perlu diketahui masyarakat agar tidak salah pemahaman dalam melakukan pencegahannya, bahwa masalah stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait dan kompleks.
“Faktor-faktor tersebut mencakup aspek gizi, kesehatan, pola asuh, sanitasi, ekonomi, hingga lingkungan,” tegas Burhanuddin.
Mengingat pentingnya pemahaman masyarakat secara luas tentang stunting, Burhanuddin berharap para peserta yang mengikuti kegiatan sosialisasi yang digelar tidak menjadikannya sekedar kegiatan seremonial. Datang hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban kehadirannya.
“Jadikanlah kegiatan yang diikuti memberi feedback yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman atau wawasan yang sangat berguna dan memang kita butuhkan,” tegas Burhanuddin. (ADHE/DIKSIPRO)