InternasionalPendidikan

Tujuh Anak Indonesia di Kalabakan Gagal Ikuti ANBK di Sebatik

Akibat Kebijakan Lockdown Yang Masih Diperketat Malaysia

NUNUKAN – Tujuh anak Indonesia yang berada di Kalabakan, distrik Tawau, Malaysia akhirnya gagal mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) Tahun 2021.

Kegagalan tersebut lantaran Malaysia yang hingga saat ini masih memperketat kebijakan lockdown, belum mengeluarkan izin untuk orang keluar atau masuk ke wilayah negara tersebut secara resmi.

Diketahui, ketujuh anak warga Indonesia yang selama ini berada di kota terpencil bagian Barat Kota Tawau tersebut mengikuti orang tua mereka yang bekerja di sana. Sedangkan pendidikannya dilakukan melalui sekolah nonformal PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).

Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Nunukan, H. Junaidi SH, ketujuh anak warga Indonesia tercatat sebagai warga belajar Paket B pada PKBM Al Fidaus di Sebatik.

“Rencananya mereka akan diikutkan ANBK di SMP Negeri 1 Sebatik. Namun gagal karena tidak bisa keluar dari Kalabakan akibat kebijakan lockdown yang masih ketat oleh Malaysia,” terang Junaidi.

Ketua Yayasan PKBM Al Firdaus, Sebatik, Maulini Zainal Abidin, S.Ag MM, membenarkan ketujuh warga belajar mereka dari Kalabakan tersebut mengikuti program pendidikan kesetaraan Paket B di yayasan yang dia pimpin. Semuanya terdata dalam Dapodik PKBM Al Firdaus.

“Kita tidak mungkin mengeluarkan mereka dengan sistem terbarukan. Pihak PKBM Al Firdaus juga tidak bisa mendatangi mereka di Kalabakan kalau tidak ada izin resmi,” kata Zainal.

Terlebih, ketujuh pelajar Indonesia tersebut masing-masing tinggal bersama orang tua mereka di dalam camp tempat bekerja di Kalabakan. Sehingga cukup sulit mengeluarkannya untuk mengikuti ANBK di Sebatik.

Anak-anak itu sebenarnya sudah terdaftar sebagai warga belajar pendidikan kesetaraan di Yayasan Al Firdaus sejak tingkat SD atau Paket A yang dibuka di Lahad Datu.

PKBM di Lahad Datu tersebut merupakan salah satu dari 10 PKBM yang dibuka Yayasan Al Firdaus dalam kawasan-kawasan perkebunan sawit yang ada di wilayah Sabah atas dasar kemanusiaan.

Namun sejak tahun 2018 seluruh lembaga pendidikan yang dikembangkan Yayasan Al Firdaus di Sabah tersebut diambil alih penanganannya oleh Konsulat RI yang ada di Tawau.

Sejak saat itu perkembangannya lebih lanjut tidak terpantau lagi secara langsung karena Zainal lebih memokuskan pada PKBM yang dibuka di Sebatik.

“Namun karena merasa masih bertanggungjawab, apalagi anak-anak tersebut masih terdaftar pada PKBM Al Firdaus, diupayakan mereka bisa mengikuti ANBK Paket B di Sebatik,” terang Zainal lagi.

Namun kerja keras memperjuangkan masa depan dan pendidikan lebih lanjut ketujuh anak tersebut kandas akibat pemberlakuan lockdown yang masih ketat oleh Malaysia. (PND/DIKSIPRO)

Komentar

Related Articles

Back to top button