NUNUKAN – Salah satu rutinitas umumnya umat muslim pada setiap perayaan Hari Raya Idul Fitri adalah mengunjungi tempat-tempat pemakaman umum tempat sanak keluarga mereka dimakamkan. Tidak terkecuali di Nunukan, pemandangan mengunjungi makam atau kerap disebut ziarah kubur tersebut akan ramai terlihat pada hari pertama dan hari kedua lebaran.
Selain membacakan surat Yassin dan memanjatkan do’a-do’a, kedatangan para penziarah tersebut untuk membersihkan makam keluarga yang dikunjungi termasuk melakukan tabur bunga.
Umumnya mereka yang datang mengakui ziarah kubur yang dilakukan pada saat lebaran ini merupakan tradisi turun temurun dari para orang tua atau kerabat pendahulu mereka yang terus dilakukan saat ini.
Di antara warga yang sempat diwawancarai saat melakukan ziarah kubur pada hari kedua lebaran Idul Fitri 1444 H kali ini, Johansyah, membenarkan rutinitas tersebut sudah lama dilakukan dikalangan keluarga besar mereka.
“Sejak saya masih anak-anak, oleh kakek nenek hingga orang tua sudah membiasakan tradisi ziarah kubur setiap lebaran seperti ini,” kata Johansyah.
Saat ditemui, selain istri, anak-anak, menantu, saudara ipar, keponakan serta cucu, Johansyah membawa keluarga besarnya tersebut berziarah di Tempat Pemakamam Umum (TPU) Kp. Jawa, Kelurahan Nunukan Barat.
Karena kesibukan keseharian masing-masing, diakui Johansyah ziarah kubur bersama-sama anggota keluarga besar seperti yang mereka lakukan saat itu hanya pada momen lebaran saja.
“Selain saat lebaran, biasanya mengunjungi makam kerabat seperti ini dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga saja,” terang warga yang tinggal di Jl. Tawakal, Blok 3 Kelurahan Nunukan Barat ini.
Selain di TPU Kp. Jawa ramainya kunjungan penziarah kubur pada perayaan lebaran Idul Fitri di Nunukan juga akan terlihat di TPU Jl. Pahlawan maupun TPU yang berlokasi di Jl. Tanjung.
Diwawancarai terpisah, tokoh pemuka agama di daerah ini, Ustad Hermansyah memastikan ziarah kubur yang dilakukan warga pada setiap momen lebaran, tidak hanya di Nunukan, selain memiliki hukum sunnah, memang sudah menjadi tradisi yang berlangsung secara turun temurun.
Selain sebagai bentuk silaturahim kepada keluarga yang sudah meninggal dunia, di antara hikmah yang mestinya dapat dipetik dari ziarah kubur, kata Ustad Hermansyah, sebagai pengingat akan kematian dan ‘kehidupan’ di akhirat yang dapat mendorong manusia untuk semakin rajin dalam beribadah, berbuat kebaikan dan beramal saleh.
Sedangkan do’a-do’a yang dipanjatkan, memohonkan ampunan dari Allah SWT bagi orang yang telah meninggal dunia dan mendapatkan tempat yang baik di alam kuburnya.
“Do’a yang dipanjatkan oleh orang yang masih hidup dapat dirasakan oleh orang yang telah meninggal dunia. Terutama do’a dari anak yang saleh untuk almarhum atau almarhumah orang tuanya,” kata Ustad Hermansyah.
Namun tokoh agama yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Nunukan ini perlu menegaskan bahwa ziarah kubur seharusnya tidak terbatas pada saat momen lebaran saja. Setiap ada kesempatan yang tidak terikat dengan waktu, hal itu bisa dilakukan.
Semakin sering dilakukan, lanjutnya, semakin baik untuk dijadikan pengingat bagi umat manusia utuk menyadari dirinya sebagai mahluk yang lemah di hadapan Allah SWT serta menghindarkan diri dari cinta dunia yang berlebihan.
Namun demikian, perlu juga untuk diingatkan terkait beberapa yang perlu diperhatikan umat Islam dalam melakukan tradisi ziarah kubur, untuk tidak melakukan perbuatan yang berlebihan, misalnya meratapi makam keluarga hingga menggeser niat yang sebenarnya yang bisa mengarah kepada hal-hal yang menjadi musyrik.
Hal terakhir yang disebutkan biasanya terjadi pada penziarah makam yang dianggap memiliki keramat sehingga justru meminta sesuatu dari orang yang sudah meninggal dunia agar harapannya terpenuhi. (ADHE/DIKSIPRO)