Santri Hijrah Dari Abangan Peduli Deportan

Distribusikan Bantuan Pakaian Bekas Layak Pakai

NUNUKAN – Peduli kondisi deportan dari Malaysia yang ada di Rumah Ramah PMI di Nunukan, sebuah organisasi sosial di daerah ini, Santri Hijrah Dari Abangan (Sahada), Ahad (2/2/2025) datang mengunjungi WNI bermasalah yang dipulangkan paksa ke tanah air setelah terjaring operasi penertiban oleh petugas keamanan di negeri jiran terdekat tersebut.

Bukan sekedar kunjungan biasa, momentum tersebut, sesuai direncanakan, adalah realisasi mendistribusikan bantuan pakaian bekas layak pakai, hasil penggalangan yang dilakukan anggota organisasi yang langsung sigap berinisiatif melakukan aksi sosial, setelah memperoleh informasi tentang kondisi deportan sejak datang hingga beberapa hari berada di gedung penampungan sementara yang berada di Jl. Ujang Dewa RT. 07, Kelurahan Nunukan Selatan, Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sebelum dipulangkan ke kampung halaman masing-masing

Aksi sosial yang digelar, menurut Ketua Sahada, Fairos menidaklanjuti informasi yang diperoleh sebelumnya. Bahwa, setiap WNI yang dideportasi pemerintah Malaysia, sangat membutuhkan pakaian ganti sehari-hari, selain yang melekat di badan.  Sangat bagus jika kebetulan memiliki persediaan pakaian ganti sebanyak satu hingga dua lembar.

Mewakili Fairos, Sekretaris Sahada, Rakhmat Gustin Affandi, S.Sos., M.M membenarkan, aksi sosial dilakukan setelah memastikan kondisi memprihatinkan sebagian besar deportan yang ternyata tidak memiliki pakaian ganti selama berada di penampungan maupun utuk dikenakan selama dalam perjalanan ketika nanti dipulangkan ke kampung halaman masing-masing dalam negeri.

“Memprihatinkan. Bukan cuma hitungan hari, ada yang berminggu minggu, bahkan berbulan-bulan tidak ganti pakaian. Itu bisa berdampak buruk untuk kesehatan mereka,” ujar pria yang lebih familiar dengan nama sapaan H. Fandi ini.

Penyebab sehingga tidak memiliki pakaian ganti, berdasar cerita yang dia perolah langsung dari para deportan, lantaran selama dalam tahanan di Malaysia, karena alasan tertentu tidak ada sanak keluarga atau kerabat yang datang menjenguk.

“Karenanya, pakaian yang dikenakan ketika dideportasi (ke Indonesia) adalah pakaian yang sama sama terjaring operasi penertiban petugas keamanan saat di Malaysia,” kata H. Fandi mengutip diantara cerita yang dia dengar dari para deportan.

Dijelaskan, pakaian bekas layak pakai yang disumbangkan, selain terkumpul dari kalangan keluarga anggota Sahada sendiri, juga pergerakan anggota organisasi dalam melakukan penggalangan di tengah masyarakat yang mau berbagi.

Memuji tanggap cepat yang dilakukan anggota hingga leader penggerak komunitas Sahada menyalurkan bantuan pakaian bekas layak pakai yang memang menjadi kebutuhan penting dan cukup mendesak para deportan, Kepala Kantor, Kombes Pol FJ Ginting melalui Kepala Bidang Perlindungan pada Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI), Asriansyah menyebutnya sebagai kepekaan pada ketidakberdayaan orang untuk mengatasi sendiri kesulitan yang tengah dihadapi selain  menantikan adanya uluran tangan orang lain.(ADHE/DIKSIPRO)

Komentar
Exit mobile version