Penyelesaian Rehabilitasi RKB di SMP Negeri 1 Nunukan Molor
Siswa Kehilangan Jam Belajar 6 Jam Per Hari
NUNUKAN – Para orang tua siswa SMP Negeri 1 Nunukan mempersoalkan keterlambatan penyelesaian pembangunan rehabilitasi sejumlah Ruang Kelas Belajar (RKB) di sekolah terbaik di wilayah Kabupaten Nunukan tersebut yang berdampak pada efektifitas jam belajar putra putri mereka.
Diketahui, SMP Negeri 1 Nunukan memiliki total RKB sebanyak 29 unit. Pada Juli 2022 lalu sekolah ini mendapat bantuan rehabilitasi RKB sebanyak 23 kelas ditambah 2 ruang laboratorium yang sumber dananya berasal dari Kementerian PUPR.
Dilaksanakannya pekerjaan rehabilatasi pada sebanyak 23 RKB tersebut, secara otomatis hanya tersisa 6 RKB yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah ini. Padahal jumlah siswa SMP Negeri 1 Nunukan saat ini tercatat sebanyak 798 orang.
Menyiasati agar proses belajar mengajar di sekolah yang dipimpinnya dapat tetap berlangsung, selain memanfaatkan sisa 6 RKB yang digunakan siswa per kelas secara bergantian, Kepala SMP Negeri 1 Nunukan, Rustiningsih, berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk dapat memanfaatkan beberapa bagian bangunan pada gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Nunukan untuk digunakan sebagai tempat sekolah siswa siswi mereka sekolah.
Rustiningsih tidak membantah, dengan hanya menggunakan 6 RKB secara bergantian dan sebagian siswa ‘dititipkan’ belajar di Gedung DPK Kabupaten Nunukan, jam belajar siswa terpaksa banyak yang hilang.
Dari yang mestinya rata-rata mendapatkan hak belajar di sekolah selama 8 jam per hari sekolah, saat ini siswa hanya mendapatkan jam pelajaran hanya 2 jam per hari sekolah.
“Setiap hari sekolah, siswa kami rata-rata sudah kehilangan enam jam masa belajar mereka,” kata Rustiningsih.
Mendampingi Rustiningsih, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana (Sapras) pada SMP Negeri 1 Nunukan, Blasisus Lododai, mengaku tidak bisa memberi keterangan banyak dan lebih rinci terkait keterlambatan penyelesaian pekerjaan rehabiltasi RKB di sekolah mereka.
Selain karena sekolah tidak pernah mendapatkan berkas RAB dan masa penyelesaian pekerjaan tersebut secara pasti, koordinasi yang dilakukan kepada pihak penyelenggara pekerjaan, mengatakan keterbatasan material yang tersedia, menjadi alasan pihak kontraktor terlambat menyelesaikan proyek tersebut tepat waktu.
Berdasar penelusuran media ini di lapangan, pada lokasi pekerjaan rehabilitasi RKB dan laboratorium di SMP Negeri 1 Nunukan ini memang tidak ditemukan papan proyek. Menurut Blasisus, sejak awal kegiatan pekerjaan ini berjalan memang tidak pernah ada papan proyek yang dipasang oleh pelaksana pekerjaan.
Soal keluhan para orang tua siswa dengan kondisi sekolah itu saat ini, dibenarkan oleh Ketua Komite Sekolah SMP Negeri 1 Nunukan, Rahman. Menurut dia, sudah banyak orang tua siswa yang datang mempertnyakan sekaligus memprihatinkan berlangsungnya proses belajar mengajar di sekolah itu akhir-akhir ini.
“Kami selaku pihak Komite Sekolah juga beberapa kali sudah mempertanyakan kepada kontraktor pelaksana pekerjaanya tapi selalu mendapat jawaban yang tidak memuaskan. Salah satunya soal material yang tidak tersedia. Dan kami belum mendapatkan kepastian, kapan pekerjaan tersebut selesai agar bisa segera dimanfaatkan” kata Rahman.
Tidak hanya soal banyaknya jam belajar yang hilang, kerugian para siswa yang menjadi keprihatinan para orang tua mereka, kata Rahman terkait molornya penyelesaian proyek tersebut, kegiatan ekstra kurikuler di sekolah jadi terabaikan lantaran geduang aula sekolah tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya karena digunakan untuk menyimpan sarana dan prasarana sekolah yang harus diamankan selama pekerjaan masih berlangsung.
Tidak hanya itu, lanjut dia, hasil pengamatan para orang tua siswa juga mengindikasikan ada yang tidak beres pada pekerjaan rehabilitasi RKB di SMP negeri 1 Nunukan ini. Terdapat beberapa bagian pekerjaan yang dinilai tidak sesuai spek pekerjaan. (ADHE/DIKSIPRO)