Dapat menjadi catatan tersendiri, ketika kondisi keuangan daerah mengalami keterbatasan dalam melaksanakan program pembangunan infrastruktur, perkembangan pembangunan di wilayah Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, justru masih terlihat berjalan cukup eksis.
Setidaknya, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, terutama pada sejumlah kawasan padat pemukiman penduduk, terlihat banyak bangunan baru berdiri milik masyarakat maupun yang dikembangkan oleh kalangan pengusahanya.
Tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan pribadi, bangunan-bangunan yang didirikan oleh sejumlah pelaku usaha di daerah ini juga banyak dibuat untuk memenuhi infrastruktur yang dibutuhkan masyarkat secara luas.
Satu diantara pengusaha yang dikenal giat mendirikan bangunan-bangunan sebagai usaha properti yang terbukti berperan ikut meramaikan dan memajukan Sebatik, adalah H. Herman Baco, S.E., M.M.
Menariknya, jika kebanyakan pengusaha pengembang usaha properti yang ada menyasar pada profit usaha sebagai tujuan utamanya, pengusaha yang juga bergerak pada beberapa bidang usaha lainnya ini justru lebih meniatkannya untuk membantu masyarakat.
Sebut saja ratusan unit ruko dua lantai yang dia bangun di dalam sebuah komplek gedung permanen di Desa Sungai Nyamuk Kecamatan Sebatik Timur. Harga sewa bangunan ruko tersebut terhitung sangat murah untuk sebuah tempat usaha di lokasi ramai dan sangat strategis.
Harga sewa per unit untuk bangunan ruko dua lantai yang berada di Jl. A. Yani Kecamatan Sebatik Timur tersebut hanya sekitar Rp. 15 juta sedangkan untuk penggunaan satu lantai bagian bawah saja dibandrol dengan harga sewa kisaran Rp. 10 juta.
Lebih menarik lagi, ternyata diantara unit-unit bangunan tersebut, terdapat beberapa diantaranya dimanfaatkan untuk kepentingan umum masyarakat banyak, Hermaan Baco membebaskannya dari harga sewa.
Selain bangunan ruko, pelaku usaha yang juga bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan perdagangan ini juga mendirikan ratusan unit rumah kontrakan dengan harga sewa cukup murah. Rata-rata harga sewa per tahun rumah kontrakan dengan bangunan permanen yang dia bangun tersebut hanya Rp 5 juta per unitnya.
Apa motivasi dibalik pengembangan usaha proferti yang dapat dikatakan lebih bersifat sosial dibanding sasaran sejatinya profit bisnis ini.
Menurut pengusaha yang lebih familiar dengan nama sapaan H. Andeng ini, dirinya hanya satu dari dari sekian kalangan di Sebatik yang termotivasi dan memiliki komitmen untuk membangun daerah yang disebut-sebut sebagai etalase negara di wilayah perbatasan.
“Sebagai wilayah yang berada di perbatasan, kondisi daerahnya tentu menjadi gambaran harkat dan harga diri bangsa di mata negara tetangga. Karenanya, daerah perbatasan itu harus dibangun agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu jauh agar kita (Indonesia) tidak dipandang sebelah mata,” terang Herman.
Jika pemerintah belum dapat melakukan pembangunan wilayah perbatasan secara maksimal, lanjutnya, tidak ada salahnya jika masyarakatnya yang mampu ambil bagian ikut berperan dalam melaksanakannya.
Sejumlah usaha properti yang dikembangkannya di Sebatik, dipastikan Herman Baco masih sangat jauh dari yang disebut Profit Oriented Minset. Bahkan tidak lebih baik dibandingkan dengan investasi bunga bank.
“Ratusan bangunan Ruko yang saya dirikan dapat menjadi fasilitas pengembangan usaha perdagangan maupun usaha bisnis lainnya tanpa penggunanya harus terbebani biaya sewa yang tinggi. Tidak hanya untuk penduduk lokal tapi warga luar daerah yang ingin berinvestasi di Sebatik,” tegasnya.
Demikian juga dengan ratusan usaha rumah kontrakan yang dia bangun. Perkembangan perekonomian yang dapat dikatakan stabil di daerah ini menyebkan banyak penduduk luar daerah yang datang melirik untuk mencoba peruntungaannya pada salah satu wilayah di Kabupaten Nunukan yang paling berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia ini.
“Penduduk luar daerah yang datang ingin mencoba memperbaiki kehidupan mereka di Sebatik, diantaranya bekerja pada perkebunan kelapa sawit, usaha pertanian rumput laut, perdagangan atau berbagai kegiatan usaha lainnya, tentu belum memiliki tempat tinggal sendiri,” ujar Herman Baco.
Jika harga sewa rumah tempat tinggal yang disodorkan cukup mahal, lanjutnya, tentunya menjadi sebuah kendala tersendiri. Oleh karena itu, masyarakat tersebut perlu dibantu melalui harga sewa rumah tinggal yang tidak mahal.
Dirinya yakin pada sebuah prinsip, jika daerah dengan pembangunan infrastruktur berkembang, dibarengi pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik, secara otomatis ‘uang akan datang sendiri’ yang bermuara pada daerah akan menjadi maju lebih cepat. (ADV/DIKSIPRO)